Surga Untuk Orang Pemaaf 2
Jenis : Drama
Untuk Semua Umur
Babak II - Dendam Heri
Setelah mendapatkan warisan toko dari ketua orang tuanya, Heri bertambah serakah. Dia juga ingin menguasai toko milik kakaknya, Hari, agar tokonya semakin besar. Untuk itu, ia nekat mengubah isi surat wasiat orang tuanya.
"Toko milik kakak ternyata bermasalah, memiliki hutang piutang dengan toko yang kumiliki. Untuk itu, serahkan toko kakak kepadaku biar hutang kakak kuanggap lunas. Ini buktinya", Heri memberikan surat wasiat yang sudah diubah kepada kakaknya.
"Kok bisa ? Setahuku ayah dan ibu tidak meninggalkan hutang kepada siapapun. Malah selalu memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan", kata Hari.
Heri bersikeras toko kakaknya punya hutang sesuai bunyi surat wasiat itu.
"Pokoknya toko milik kakak harus dijual kepadaku sebagai pelunasan hutang. Dan karena aku baik, kakak kuberikan kios pengganti di ujung pasar ini. Minggu depan kakak harus pindah ke kios baru", ancam Heri.
Dengan terpaksa, Hari sang kakak menyetujui bunyi surat wasiat itu. Toko pun berpindah tangan ke Heri, dan Hari menempati kios pengganti di ujung pasar.
Setelah beberapa pekan, Hari memulai bisnis barunya di kios pengganti. Dia menjual aneka pakaian bayi dan anak-anak. Sementara Heri mengubah tokonya menjadi Toko Swalayan yang menjual aneka macam kebutuhan rumah tangga.
Ternyata toko pakaian milik Hari berkembang pesat. Orang-orang ramai berkunjung ke tokonya, karena Hari sangat ramah dan murah senyum. Ia pun tak lupa bersedekah setiap hari seperti kebiasaan orang tuanya sejak dulu.
Bila tiba waktu sholat, Hari dengan ramah mengajak pengunjung untuk ikut sholat berjamaah di masjid, dan menutup tokonya untuk sementara. Ia juga menyediakan beberapa kursi tunggu bagi pengunjung wanita yang tidak sholat, di depan tokonya. Sesudah selesai sholat, Hari kembali membuka tokonya dan melayani pengunjung.
Sebaliknya dengan Toko Swalayan milik Heri, ternyata orang-orang enggan berbelanja di tokonya. Selain lebih mahal harganya, Heri tak pernah ramah menyambut pengunjung yang datang. Orang-orang akhirnya enggan masuk ke dalam tokonya.
"Toko ini lebih lengkap dan banyak macamnya. Kenapa orang-orang malah memilih belanja di toko kakakku ?", ujar Heri dengan gusar.
Diam-diam ia mengintip kegiatan yang terjadi di toko pakaian kakaknya.
"Kurang ajar! Ternyata ia menyogok orang-orang dengan alasan sedekah. Pantas saja tokonya ramai. Huh!", Heri bertambah kesal.
{Lakukan dialog dengan penonton tentang sedekah dan manfaatnya}.
Heri kemudian membuat fitnah agar orang-orang tak mau berbelanja di toko kakaknya. Ia menyuruh beberapa orang suruhannya untuk berbelanja di toko kakaknya, dan membuat keluhan. Salah warna, kekecilan, minta ditukar dengan model lain, bahkan meminta uang kembali karena batal membeli.
Di luar dugaan, semua keluhan ditanggapi dengan baik oleh Hari. Ia melayani pengunjung yang tidak puas dan dengan sabar mendengarkan keluhan mereka. Ia bahkan memberi diskon khusus bagi pengunjung yang memintta uang kembali dengan membeli produk lainnya. Akhirnya semua keluhan tertangani dan pengunjung pun puas.
Upaya memfitnah toko pakaian Hari gagal total. Pengunjung semakin ramai karena Hari ramah dan sabar melayani keluhan mereka.
Heri semakin gusar dengan hal itu. Ia bertambah benci dan dendam kepada kakaknya. Ia menyalahkan kakaknya yang menjadi penyebab tokonya jarang dikunjungi orang-orang.
"Gara-gara toko sialan itu, toko milikku semakin sedikit pengunjungnya. Aku harus cari cara lain. Kalau perlu, akan kubunuh kakakku sendiri!".
Heri kemudian menyuruh seorang preman pasar untuk membuntuti kakaknya kemanapun pergi, dan membunuhnya bila situasi memungkinkan. Preman itu dijanjikan bayaran besar bila berhasil membunuhnya.
Setelah toko tutup di malam hari, Hari pulang ke rumahnya. Preman pasar membuntutinya dari kejauhan.
Tapi ternyata Hari tak langsung pulang. Ia mengunjungi panti asuhan di depan pasar. Ramai anak-anak panti menyambutnya. Ia membawakan oleh-oleh makanan yang disambut dengan penuh harap. Ia makan malam bersama anak-anak panti asuhan.
Sesudah berpamitan dengan anak-anak panti asuhan, Hari tak langsung ke rumahnya. Ia berbelok ke belakang pasar, dan menyapa dengan ramah sejumlah orang tua yang sudah lanjut usia yang ada di situ. Ia memberikan beberapa potong pakaian yang dibawanya, untuk para lansia.
{Lakukan dialog dengan anak-anak panti asuhan yang menyambutnya, dan dengan lansia yang ditemuinya} .
Preman pasar yang menyaksikan kebaikan hati Hari, gemetar ketakutan.
" Bagaimana bisa aku membunuh orang yang begitu baik hatinya. Ia sayang kepada semua orang. Terkutuklah aku jika berani membunuhnya..". Preman itu kemudian menangis haru di sudut pasar.
Keesokan harinya, preman itu menemui Heri di rumahnya secara diam-diam.
"Saya tak sanggup membunuhnya, Pak. Dia bukan orang, dia itu malaikat. Dia begitu baik kepada semua orang. Jangankan membunuh, menyakiti dirinya juga saya tak sanggup. Saya kembalikan uang bapak."
Heri terbelalak tak percaya.
"Bagaimana bisa ? Kau disuruh membunuhnya, malah bilang tak sanggup. Kau kan sudah biasa membunuh orang!".
Preman itu berdiri menatap Heri dengan pandangan menakutkan.
"Saya memang pembunuh. Tapi kali ini saya tak sanggup, karena orang itu begitu baik. Tak pernah saya menyaksikan orang baik seperti itu.
Saya ingatkan bapak sekarang juga, jangan coba-coba ganggu orang itu. Saya dan anak buah saya bersumpah, akan menjaga orang baik itu selama hidupnya.!"
Preman itu kemudian pergi meninggalkan Heri yang masih terdiam tak percaya. Kekuatan apa yang dimiliki kakaknya, sehingga seorang preman yang disewa untuk membunuhnya, tak mampu melakukannya?
{Lakukan dialog dengan penonton, kekuatan apa yang dimiliki kakaknya}
Bersambung ke bagian 3
Sebelumnya: Surga untuk Orang Pemaaf 1
Silakan Klik:
Belajar hari ini untuk menjadi pemimpin di masa depan 💝😘.
Bantulah kami untuk terus mendidik mereka dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Donasi Anda dapat ditransfer ke No. Rek. BCA 6330 533 895 a/n Sidik Budiyanto, atau Bank Muamalat 3200010164 atas nama Sidik Budiyanto.
Salam Cinta Anak Pejuang Subuh
Posting Komentar