Jadikan Ramadhan Sebagai Sarana Perbaikan Keluarga
Oleh: Cahyadi Takariawan
Mafaza-Online | Alhamdulillah, betapa nikmat dan karunia yang sangat besar dari Allah
Yang Maha Kuasa, hari ini kita memasuki hari pertama bulan Ramadhan.
Hendaklah kita berusaha menjadikan Ramadhan sebagai sarana perbaikan dan
perubahan dalam diri dan keluarga.
Hal yang amat dijaga ketika sedang melaksanakan shaum adalah syahwat perut dan kemaluan, dua hal yang sering menjerumuskan ma¬nusia. Oleh karena itu makan, minum dan melakukan hubungan suami istri adalah hal yang membatalkan puasa.
Syahwat perut dan syahwat kemaluan merupakan dua nafsu yang paling kuat pada diri manusia. Jika diperturutkan, banyak menjerumuskan manusia ke lembah nista. Puasa Ramadhan melatih manusia menga¬tur dan mengendalikan desakan nafsunya.
Nabi saw memberikan jaminan surga kepada kita yang dapat menjaga kedua syahwat itu. Sabda beliau :
"Barangsiapa menjamin kepadaku apa yang berada diantara kedua rahangnya dan apa yang berada di antara kedua pahanya, maka aku akan menjamin kepada surga."
Puasa melatih mengendalikan lisan. Tidak layak bagi seseorang yang shaum mengeluarkan kata-kata kotor, keji, dusta ataupun perkataan yang tidak patut. Nabi saw bersabda:
"Apabila salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan kasar. Jika seseorang mencaci atau menyerang¬nya, hendaklah ia mengatakan: Aku sedang shaum".
Dalam bulan Ramadhan kita dididik secara efektif untuk menjadi orang yang bersih jiwanya sehingga melahirkan amal dan perbuatan yang terpuji. Puasa tidak sekedar aktivitas fisik meninggalkan makan, minum dan hubungan suami istri, pun bukan sekedar kegiatan rutin setiap Ramadhan. Lebih dari itu, puasa adalah pengendalian diri dan penghambaan kepada Allah dengan jalan melatih diri untuk mentaati aturanNya.
Orang yang shaum hanya karena kebiasaan dan rutinitas, akan merugi. Mereka berpuasa, tetapi jiwanya tetap kotor, amalannya jelek, perkataannya keji, mereka itu seperti dikatakan Nabi saw :
"Berapa banyak orang yang puasa tetapi dari puasanya itu tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang bangun malam (tarawih) tetapi dari bangunnya itu tidak mendapatkan kecuali keletihan berjaga".
Ramadhan juga melatih kesabaran serta kekuatan jiwa. Lapar, dahaga dan letih di siang hari yang panas, meneguhkan kesabaran jiwa dalam menghadapi masalah kehidupan yang berat dan sulit, yang bisa datang setiap saat. Sabar dalam segala kondisi merupakan ciri orang bertakwa:
"....dan orang-orang yang shabar dalam kesempitan, penderi¬taan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (iman¬nya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa" (QS. Al Baqarah [2] : 177 )
Maka hendaklah mengkondisikan keluarga untuk mengoptimalkan Ramadhan sebagai momentum dan sarana perbaikan serta perubahan.
Lakukan aktivitas ibadah bersama keluarga agar Ramadhan memberikan makna perbaikan yang mendalam dan mendasar bagi suami, istri dan anak-anak.
Hal yang amat dijaga ketika sedang melaksanakan shaum adalah syahwat perut dan kemaluan, dua hal yang sering menjerumuskan ma¬nusia. Oleh karena itu makan, minum dan melakukan hubungan suami istri adalah hal yang membatalkan puasa.
Syahwat perut dan syahwat kemaluan merupakan dua nafsu yang paling kuat pada diri manusia. Jika diperturutkan, banyak menjerumuskan manusia ke lembah nista. Puasa Ramadhan melatih manusia menga¬tur dan mengendalikan desakan nafsunya.
Nabi saw memberikan jaminan surga kepada kita yang dapat menjaga kedua syahwat itu. Sabda beliau :
"Barangsiapa menjamin kepadaku apa yang berada diantara kedua rahangnya dan apa yang berada di antara kedua pahanya, maka aku akan menjamin kepada surga."
Puasa melatih mengendalikan lisan. Tidak layak bagi seseorang yang shaum mengeluarkan kata-kata kotor, keji, dusta ataupun perkataan yang tidak patut. Nabi saw bersabda:
"Apabila salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan kasar. Jika seseorang mencaci atau menyerang¬nya, hendaklah ia mengatakan: Aku sedang shaum".
Dalam bulan Ramadhan kita dididik secara efektif untuk menjadi orang yang bersih jiwanya sehingga melahirkan amal dan perbuatan yang terpuji. Puasa tidak sekedar aktivitas fisik meninggalkan makan, minum dan hubungan suami istri, pun bukan sekedar kegiatan rutin setiap Ramadhan. Lebih dari itu, puasa adalah pengendalian diri dan penghambaan kepada Allah dengan jalan melatih diri untuk mentaati aturanNya.
Orang yang shaum hanya karena kebiasaan dan rutinitas, akan merugi. Mereka berpuasa, tetapi jiwanya tetap kotor, amalannya jelek, perkataannya keji, mereka itu seperti dikatakan Nabi saw :
"Berapa banyak orang yang puasa tetapi dari puasanya itu tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang bangun malam (tarawih) tetapi dari bangunnya itu tidak mendapatkan kecuali keletihan berjaga".
Ramadhan juga melatih kesabaran serta kekuatan jiwa. Lapar, dahaga dan letih di siang hari yang panas, meneguhkan kesabaran jiwa dalam menghadapi masalah kehidupan yang berat dan sulit, yang bisa datang setiap saat. Sabar dalam segala kondisi merupakan ciri orang bertakwa:
"....dan orang-orang yang shabar dalam kesempitan, penderi¬taan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (iman¬nya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa" (QS. Al Baqarah [2] : 177 )
Maka hendaklah mengkondisikan keluarga untuk mengoptimalkan Ramadhan sebagai momentum dan sarana perbaikan serta perubahan.
Lakukan aktivitas ibadah bersama keluarga agar Ramadhan memberikan makna perbaikan yang mendalam dan mendasar bagi suami, istri dan anak-anak.
Sebelumnya:
Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar