Kamis, 04 Mei 2017

Home » » Fahmy Alaydroes: Arah Kebijakan Pendidikan Masih tak Tentu Arah

Fahmy Alaydroes: Arah Kebijakan Pendidikan Masih tak Tentu Arah

Penelitian Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyatakan indeks kualitas pendidikan di Indonesia berada di bawah Ethiopia dan Filipina

  
Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP PKS Fahmy Alaydroes
Mafaza-Online |  Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP PKS Fahmy Alaydroes mengungkapkan bahwa arah kebijakan Pendidikan Nasional hingga saat ini semakin kabur dan tidak tentu arah. Dua pilar utama pendidikan yaitu kurikulum dan guru, belum mendapat perhatian yang serius. Bergerak maju, tapi sangat lamban dan road-mapnya tak begitu jelas.

"Kurikulum 2013, entah bagaimana nasibnya. Sementara Uji Kompetensi Guru 2015 dan 2016 memberikan gambaran suram, betapa kemampuan guru-guru kita belum merata, dan belum cukup memuaskan," kata Fahmy di Gedung DPP PKS, Pasar Minggu Jakarta Selatan,  Selasa (02/05/2017). 

Fahmy memaparkan penelitian Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyatakan indeks kualitas pendidikan di Indonesia berada di bawah Ethiopia dan Filipina. Melalui pengukuran Right to Education Index (RTEI); dalam hal mana ada lima indikator yang menjadi bahan pertimbangan, yakni governance, availability, accessibility, acceptability,  dan adaptability. Dari kelima indikator yang diukur, Indonesia menempati urutan ke-7 dengan skor 77 persen.

Di sisi pendidikan informal, kata dia,  belum menampakkan adanya iklim yang kondusif bagi pendidikan anak-anak kita. Alih-alih mendapatkan hal yang positif, setiap hari mereka malah mendapatkan 'asupan pelajaran' yang merusak mental dan moral mereka. 

"Lihat saja segala tayangan televisi, bahkan termasuk iklan-iklan komersilnya, kebanyakan adalah acara-acara yang konsumtif, tayangan sinetron yang miskin nilai dan norma, adegan-adegan yang tidak mendidik, tampilan yang kurang pantas, gaya hidup yang mewah dan hura-hura,  tayangan reality show yang sarat kehidupan konflik dan kurang pantas dipirsa, apalagi oleh anak-anak kita. Belum lagi dunia internet, dgn segala kemudahannya. Kini, tayangan pornografi yang super vulgar sangat mudah diakses. Bahkan, secara profokatif tampil di gadget kita!. Semua dibiarkan dan dilepas begitu saja oleh pemerintah," ungkapnya. 

Sementara itu, kata dia, elemen pendidikan yang tidak kalah pentingnya, suri keteladanan juga sudah semakin langka. Padahal keteladanan adalah media pembelajaran yang paling mudah dan paling elementer. Yang terlihat adalah, yang sering di dengar oleh anak-anak kita adalah para pemimpin formal yang sarat masalah. Peminpin yang tak nampak wibawa dan tak nampak kepandaiannya. Pemimpin yang arogan, sering bersikap dan berkata kasar, pemimpin yang terlibat korupsi atau narkoba atau selingkuh dengan wanita. Anak-anak kita jarang melihat dan mendengar pemimpin yang layak jadi teladan. 

"Arah kebijakan dan kendali pemerintah di jalur pendidikan formal dan informal nampaknya menjadi tidak jelas. Kalaupun ada, publik tidak memahaminya dan kurang dilibatkan," kata Fahmy. 

Padahal, menurutnya roda pendidikan tidak pernah berhenti. Anak-anak kita setiap hari sepanjang tahun tetap harus mendapat pendidikan.

Indonesia seharusnya menghadirkan suri keselamatan di sektor informal. Seraya menunggu struktur dan bangunan pendidikan nasional, yang paling instant dan segera dapat dilakukan untuk pendidikan anak-anak

"Perilaku manusia terbentuk melalui belajar. Dengan belajar, seorang anak akan berjalan, berbicara, berfikir, bahkan berempati, peduli, dan segala bentuk sikap dan perilaku sehari-hari," kata Fahmy. 

"Kurikulum 2013, entah bagaimana nasibnya”

Belajar yang paling primitif dan sekaligus paling elementer adalah meniru (imitasi).  Bandura (1961) menjelaskan melalui social leraning theory nya yang terkenal, bahwa seorang anak belajar bertingkah laku dengan melihat (mengobservasi) orang-orang di sekitarnya. Teori ini menjadi dasar dari semua teori perilaku dalam dunia psikologi behavioristik.

"Pejuang pendidikan yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, adalah seorang yang memiliki semangat yang membara untuk memajukan anak-anak bangsa pada zamannya, melalui perjuangan pendidikan," kata Fahmy. 



Silakan klik:
 
 
 



Share this article :

Posting Komentar