Ustadz Hilman Rosyad |
"Umat Islam jangan diresahkan dengan berita begitu. Cek dulu benar atau tidak. Kita sebagai umat islam sudah berdasarkan kesepakatan aqidah ahlussunah wal jamaah bahwa nabi akhir zaman Muhammad, Rasulullah Saw. Siapapun yang mengaku nabi atau tidak mengaku nabi namun diperlakukan layaknya nabi tetap harus ditindaklanjuti," ujarnya, Jumat (5/8/2016).
Hilman menjelaskan, selama ini dengan adanya oknum yang mengaku sebagai nabi akan memberikan setidaknya dua dampak.
"Pertama, yang paling umum itu adanya iuran, ada tarikan dana dari pengikutnya atas nama kenabiannya itu, atau bentuknya penipuan. Penarikan dana sebuah konsekuensi dampak paling awal, masyarakat yang terjebak dirugikan dari sisi ekonominya ya," jelas Hilman.
Kedua, menurutnya dampak yang lebih besar ialah terjadi ketidakharmonisan si oknum beserta pengikutnya dengan orang terdekatnya atau lingkungan sekitarnya.
"Dampak yang lebih besar, demotivasi dalam kehidupan. Karena Nabi Saw. menciptakan harmonisasi kehidupan ketika menyebarkan Islam. Sebetulnya dari keberadaan nabi palsu hal yang paling terasa disharmoni, di masyarakat dan keluarga. Dan ini jadi masalah, dia jadi berbeda dan eksklusif. Bukan semakin baik tapi semakin buruk," ungkapnya.
Meski tergolong buruk, Hilman mengimbau kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri ketika mengetahui ada geliat aliran nabi palsu atau aliran sesat di lingkungan sekitar.
"Tidak, kita tetap harus memberikan nasihat. Itu perintahnya, kita itu mengajak untuk benar dengan hikmah, dengan bijaksana. Kalau dengan emosi, dengan kekerasan, orang yang disangkakan tidak dapat pencerahan, nanti tersinggung, ujung-ujungnya dia merasa benar atau salah ini kebebasan saya. Malah jadi masalah. Tapi dengan nasihat, maka jadi lebih baik. Kita bersikap lembut, kelembutan salah satu indikator yang menciptakan keberhasilan dalam dakwah," pungkasnya.
Sebelumnya:
Silakan
klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar