Ada Tiga cara agar umat Islam akrab dengan Al-Qur’an: Marifatullah, Istiqomah dan Berkumpul dengan Ahlul Quran
Seminar Bahagia dibawah Naungan Al-Qur'an | FOTO: Ihsanul-fikri |
Mafaza-Online | Sebagai rangkaian dari acara Temu Huffazh Nasional (THN), Yayasan Ihsanul Fikri (YIF) Kota Magelang dan Markaz Al-Quran Jakarta, menggelar seminar, “Bahagia Hidup dibawah Naungan Al-Qur’an”, Sabtu (7/5), di The Regency Oxalis Hotel, Magelang. Acara yang dimoderatori Ustadz Faisal Trie Atmadja ini menghadirkan KH Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc, Alhafidz sebagai pembicara.
Tiga siswi SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang, mengawali acara ini dengan memperdengarkan Hafalan Al-Qur’an awal juz 2, (surat Al-Baqarah). Penampilan mereka memukau peserta seminar yang memadati gedung aula yang berkapasitas 500-an orang ini.
Dalam sambutannya, Kabid Pendidikan YIF, H Arifin Mustofa SPd menyampaikan, “Temu Huffazh ini tidak hanya kebanggaan bagi YIF tapi juga bagi warga Kota Magelang.”
Sebagai Kabid, Arifin mendapat laporan perkembangan dari proses belajar mengajar di YIF, salah satunya perkembangan hafalan Al-Quran. Dia melihat perkembangannya cukup pesat, pada acara pembukaan THN tamu undangan dibuat terkagum-kagum ketika menyaksikan imtihan (ujian), siswa-siswi SDIT YIF diuji hafalannya. Kali ini yang menguji bukan guru mereka, tapi hadirin yang terdiri dari tokoh Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan pejabat Pemerintah Kota Magelang.
“Kekaguman ini oleh Bapak walikota Magelang Sigit Widyonindito disampaikan ketika persemian ICMI Korda Magelang, Alhamdulillah,” ungkap Arifin
KH Abdul Aziz Abdur Rauf Lc Alhafidz sebagai pembicara tunggal di seminar ini, mengajak hadirin untuk lebih mengenal Al-Quran secara menyeluruh, tidak hanya mengenal surat Yaasin, ayat Kursi, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al Falaq, An-Naas atau surat-surat pendek lainnya dalam juz amma.
“Kenali Al-Qur’an secara menyeluruh, jangan sepotong-sepotong!” serunya.
Ketua Markaz Al-Quran ini melanjutkan, beban hidup ini akan terasa ringan bila selalu bersama Al-Quran. Namun sayangnya, walaupun sudah beriman, tapi masih jauh dengan Al-Quran. Sudah tahu pahala membaca Al-Qur’an diganjar perhuruf —dan dikali sepuluh ganjarannya— tapi, masih enggan untuk membaca Al-Qur’an.
“Tidak Istiqomah, Al-Qur’an hanya dilihat dan dibersihkan ketika Ramadhan,” sentilnya.
Dalam kaca pandang KH Abdul Aziz Abdul Rauf, kebanyakan kaum muslimin saat ini belum bisa menikmati Al-Qur’an. Kalau ada orang membaca Al-Qur’an yang ditunggu justru bacaan “shodaqallahul adzim” ingin cepat-cepat selesai. Untuk membaca Al-Qur’an memang banyak godaannya. Makanya, sebelum membaca Al-Quran kita meminta perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. Jadi dengan sering membaca Al-Qur’an maka setan akan menjauh.
“Dengan begitu Allah SWT akan melindungi kita dari kesusahan lainnya,” urainya.
Menurut KH Abdul Aziz, ada Tiga cara agar umat Islam akrab dengan Al-Qur’an.
Pertama, Marifatullah (Mengenal Allah SWT). Cara jitu mengingat Allah SWT adalah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Harus senantiasa berprilaku dengan adab-adab yang diajarkan Rasulullah saw. Contohnya, ketika ingin tidur Rasulullah saw tidak hanya membaca doa tidur, tapi juga membaca surat Al-Mulk. Surat Al-Mulk, surat yang memberi keselamatan, khususnya selamat dari siksa kubur.
“Kalau azab kubur saja bisa kita atasi, maka kehidupan (kesusahan) dunia, apalagi masalah rumahtangga, tentu akan bisa kita lewati,” ungkap Abdul Aziz
Selanjutnya KH Abdul Aziz Abdur Rauf yang juga Pimpinan Lembaga Al-Quran Al Hikmah menegaskan, “Kalau belum bisa rutin membaca Al-Qur’an, maka harus mengevaluasi hubungannya dengan Allah SWT.”
Jadi, tambah pria yang pernah mengepalai Yayasan Utsman bin Affan ini, kalau sudah sering membaca Al-Qur’an maka akan hafal. Menjadi penghafal Al-Qur’an, bukan masalah IQ (intelektual), makanan atau suku bangsa (misalnya, karena bukan dari Arab jadi lebih susah untuk menghafal Al-Qur’an), tapi seberapa sering.
“Bahagiakan diri dengan membaca Al-Qur’an sebanyak banyaknya,” tegasnya.
Kedua, Intensif atau Istiqomah. Agar bisa bahagia harus ada hubungan yang intensif dengan Al-Qur’an. Selanjutnya, akan ada rasa ketagihan membaca Al-Qur’an.
Pria kelahiran Surabaya 21 jan 1966 ini menyingkapkan, jangan kalah dengan Jin. Dalam Al-Quran surat Jin surat ke 72 ada di juz 29. Tentang Jin, juga tercantum di surat Al-Ahqaf surat ke 46 dan atau juz 26. Intinya Jin itu paling senang mendengar bacaan Al-Qur’an.
“Jin saja merasa takjub dengan bacaan Al-Qur’an,” katanya setelah memperdengarkan ayat berkaitan di surat Jin.
Agar rasa kekaguman itu muncul, maka jangan mudah putus asa. Patoklah waktu untuk Al-Qur’an, harus definitif seperti kegiatan lain. Misalnya waktu makan sudah jelas ada, pagi, siang dan malam. Harusnya membaca Al- Qur’an juga begitu, ada waktu untuk membacanya: pagi, siang dan malam. Harus ada perasaan ‘lapar’ bila belum membaca Al-Qur’an.
“Jadi sempatkanlah!” tegas Abdul Aziz.
Ketiga, Sering berkumpul dengan Ahlul Quran. Kebiasaan manusia memang berkumpul dengan yang sehati. Bergabung dengan komunitas ahlul qur’an juga akan menambah semangat. Fitrahnya, manusia berkumpul dengan sesama komunitasnya. Lihat saja nonton bola, kesenian atau musik inginnya siaran langsung. Ada kebanggan sendiri bila bisa bertemu teman-teman yang punya hobi sama, apalagi bisa bertemu sang idola, betapa bahagianya
“Teruslah bersama Al-Qur’an sampai bahagia itu terus menyertai kita sampai surga-Nya,” tutur Abdul Aziz.
Pada sesi tanya jawab Heni dari Gebalan, bertanya, “Apakah menjadi haffizh dengan suara yang bagus rahmat Allah SWT atau karena belajar?”
KH Abdul Aziz menerangkan, mampu membaca Al-Qur’an itu suatu rahmat Allah SWT. Semakin banyak membaca Al-Qur’an maka semakin banyak rahmat bercucuran turun. Sedangkan, suara yang bening itu bisa dianggap sebagai bonus.
“Jangan karena bonus jadi malas membaca Al-Quran,” tandas Abdul Aziz.
Meski demikian, masih kata KH Abdul Aziz, suara tidak bagus bisa dilatih atau dirapikan.
“Lalu, bagaimana trik menumbuhkan cinta Al-Quran kepada anak kita?” tanya peserta lain.
Menurut KH Abdul Aziz, yang paling berperan adalah doa orangtuanya. Peran yang lain adalah suri teladan, baik dari orangtua maupun dari lingkungan. Ketiga, keaktifan seorang ibu yang terus menerus mengingatkan anaknya. Biar saja seorang ibu dibilang rewel, tapi rewel fi sabilillah.
“Kalau tidak bisa ketiganya, minimal doa,” ujarnya.
Kesempatan sesi tanya jawab ini justru dimanfaatkan Irwan dari Mertoyudan untuk meminta kepada KH Abdul Aziz membacakan ayat-ayat Al-Quran. KH Abdul Aziz memenuhinya dengan membaca surat Al Qiyamah, surat ke 75. Inti surat ini adalah agar umat Islam tidak mencintai dunia berlebihan dan menceritakan penampakan saat-saat sakaratul maut.
Tasmi (memperdengarkan) surat Al-Qiyamah ini membuat hanyut para hadirin. Terlihat beberapa hadirin tidak mampu menahan airmata. Selesai Tasmi, KH Abdul Aziz Abdul Rauf menutup seminar ini dengan pembacaan doa. Allahumarhamni bil quran, Yaa Allah rahmati kami dengan Al-Quran. Aamiin Yaa rabbal Alamin.
Sumber: Ihsanul-Fikri
Silakan klik:
Lengkapi
Kebutuhan Anda
Penampilan Tiga Siswi SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang | FOTO: Ihsanul Fikri
|
Posting Komentar