UIN menginginkan kerjasama agar Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah bersedia untuk menjadi semacam laboratorium penelitian bagi mahasiswa
Kami mohon maaf, masih kata Ujang, karena rencananya datang lebih awal, sekitar jam 02 malam. Tapi, salah satu bis mengalami gangguan di perjalanan.
“Jadi tidak bisa tahajud bersama,” kata Ujang Suyatman dalam sambutannya.
Luar biasa…! Ujang Suyatman menunjukkan rasa kagumnya. Dia merasa terkejut dengan kenyataan yang ada di Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah. Awalnya dia mengira, Tarekat Al-Idrisiyyah tak lebih dari kelompok pengajian seperti umumnya pengikut Tarekat. Zikir, wirid atau mendawamkan ritual-ritual yang khas dalam kelompoknya, begitulah tradisi dunia Tarekat.
“Tapi, begitu ustadz-ustadz Al-Idrisiyyah memperkenalkan, sadarlah kami tarekat tidak hanya dipojok-pojok masjid.
“Itulah pelajaran pertama yang kami dapat dari kunjungan ini,” ungkapnya.
Mahasiswa UIN Bandung foto bersama di depan Masjid Al Fatah yang sedang dalam pembangunan |
Selain kemajuan Divisi pendidikan dan Peranan Muslimah, profil singkat itu juga memperkenalkan usaha dibidang ekonomi, seperti pengelolaan rest area, BMT, Qini Mart dan Tambak Udang Vaname di Pantai Cipatujah.
“Padahal dari buku-buku di ruang kuliah, kami dapati buku-buku yang membahas tarekat, bahwa tarekat itu menghambat dinamika umat Islam. Ternyata disini (Al-Idrisiyyah) ada kajian sekaligus praktik ekonominya,” kata Ujang Suyatman berdecak kagum.
Ujang Suyatman menjelaskan, dia datang bersama dosen-dosen pangampu kajian Islam. Para dosen ini mendampingi mahasiswa yang juga mempelajari Kajian Islam. Mereka mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa.
Jadi apa yang dipelajari di kampus UIN Bandung, tentang Kajian Aqidah Fiqih dan Tauhid, itu dipadukan dengan apa yang terjadi di masyarakat, bagaimana praktiknya. Kunjungan di masyarakat itu nanti akan menjadi bahan kajian. Jadi tak sekadar wisata religi.
“Bagi saya Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah adalah sebuah inspirasi baru,” katanya antusias.
Untuk selanjutnya Ujang Suyatman akan menindaklanjuti kunjungan ini, dia menginginkan kerjasamanya agar Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah bersedia untuk menjadi semacam laboratorium penelitian bagi mahasiswa UIN Bandung.
Sebelum berangkat, Ujang Suyatman mengungkapkan, sudah membuka file tentang Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah. Dia mendapati profil tarekat Idrissiyyah ini mengembangkan wawasan keterbukaan dan toleransi atas perbedaan di masyarakat. Dirinya sangat setuju dengan hal ini, karena fiqih memang sarat dengan perbedaan. Hal ini juga yang sering dia kembangkan dalam memberi kuliah kepada mahasiswanya, bahwa perbedaan itu sesuatu yang niscaya, tidak usah dipertentangkan tapi lebih baik dipadukan dalam kebersamaan,
“Itu saya temukan disini,” tegasnya.
Kedatangan mahasiswa UIN Bandung ke Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah memang bukan yang pertama. Khususnya dalam lima tahun terakhir memang bergantian mahasiswa UIN Bandung berkunjung untuk penelitian, seperti dari jurusan Pendidikan Agama Islam dan Psikologi. Kunjungan mahasiswa UIN kali ini adalah jumlah yang terbesar.
Ustadz Aka Bonanza (kiri) berbincang dengan Bapak Ujang Suyatman (jaket hitam) |
“Divisi ekonomi ini berfungsi sebagai ‘bensin’-nya dakwah, jadi dakwah Al-Idrisiyyah ini berlangsung secara mandiri, tidak meminta-minta di pinggir jalan,” tutur Aka.
Selanjutnya mahasiswa UIN Bandung ini berkeliling untuk mengenal lebih dekat Pesantren Al-Idrisiyyah. Mereka diajak untuk ngobrol langsung dengan santri, mengenal lebih dekat kehidupan pesantren. Dalam kesempatan ini Syaikh Akbar M Fathurahman turun langsung menemani tamunya.
Semoga kunjungan ini hal ini menjadi awal dari perkembangan dari kajian-kajian keislaman yang lebih baik lagi.
Syaikh Akbar M Fathurahman menemui tamunya |
Posting Komentar