Senin, 01 September 2014

Home » » Astagfirullah, ‘Tuhan Membusuk’ dalam Kegiatan Orientasi Mahasiswa Ushuluddin Sunan Ampel

Astagfirullah, ‘Tuhan Membusuk’ dalam Kegiatan Orientasi Mahasiswa Ushuluddin Sunan Ampel

Itu penghinaan kepada umat Islam, pelaku harus dipecat dan diadili serta rektor UIN Sunan Ampel harus bertanggung jawab atas kasus ini


  
Mafaza-Online.Com | SURABAYA  – Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya kembali membuat ide ‘gila’ yang kontroversial.

Pada kegiatan Orientasi Akademik dan Cinta Almamater (OSCAAR) tahun 2014 ini, Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat mengangkat sebuah tema besar, yakni “Tuhan Membusuk”. Sebuah tema yang cukup menggelitik.

Tak pelak tema tersebut memancing reaksi penolakan dari kalangan dekanat dan rektorat, kendati banyak pula dari sejumlah dosen yang mendukung.

Buntutnya, banner bertulisan tema tersebut harus diturunkan. Pihak dekanat beralasan, tema itu dikhawatirkan akan dikonsumsi masyarakat awam.

Gubernur Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Rahmad Sholehuddin menjelaskan, tema tersebut sejatinya berangkat dari sebuah realitas keberagamaan masyarakat Indonesia yang belakangan kian memperihatinkan.

“Sekarang tidak sedikit orang atau kelompok yang mengatasnamakan Tuhan membunuh orang lain,” kata Rahmad, Sabtu 30 Agustus 2014.

Demi (membela) Tuhan, mereka rela mempertaruhkan nyawanya. Perilaku ini lazim dilakoni oleh kelompok yang mengklaim paling shaleh. Kelompok yang mengklaim paling islami. Akibatnya, kelompok yang berbeda dengan mereka dengan mudah dituduh ‘kafir’ yang darahnya halal.

Keperihatinan yang lain adalah fenomena keberagamaan masyarakat modern yang mulai menempatkan spiritualitas sebagai alternatif pemecahan berbagai problem kehidupan.

Ironisnya, semangat keberagamaan masyarakat modern bertitik tolak pada pertimbangan matematis-pragmatis. Untung-rugi. Bila tidak lagi mampu memberi mamfaat secara materi, maka dengan mudah ‘agama’ dicampakkan begitu saja.

“Agama (Tuhan) tidak lebih hanya dijadikan sebagai pemuas atas kegelisahan yang menimpanya. Tidak salah kalau sekarang agama dikatakan berada di tengah bencana,” tegas mahasiswa jurusan Perbandingan Agama ini.

Rahmad lalu mencontohkan, ketika ditimpa musibah maka dengan reflek masyarakat ingat Tuhan. Keadilan Tuhan pun digugat. Di sisi lain, peran Tuhan kerap beradada dalam symbol ketidakberdayaan.

“Lagi-lagi Tuhan tetap berada di pojok kesalahan. Itulah salah satu alasan mengapa kami mengangkat tema itu,” tandas alumnus Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong Probolonggo ini.

Dia menambahkan, yang hendak dikritik bukan eksistensi Tuhan, melainkan nilai-nilai ketuhanan yang sudah mulai mengalami ‘pembusukan’ dalam diri masyarakat beragama.

“Dengan tema ini, kami berharap mahasiswa baru bisa menerapkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.

OSCAAR 2014 bagi mahasiswa baru UIN Sunan Ampel berlangsung sejak Kamis 28 Agustus, dan akan berakhir pada 30 Agustus 2014, malam nanti.

Pernyataan gubernur senat di atas ditanggapi oleh Ketua Umum Pemuda Persatuan Islam (Persis), Tiar Anwar Bachtiar. Menurutnya Rahmad copy paste dari tulisan Nietzsche dalam Zarathustra.


“Nietzsche dengan alasan seperti itu membuat ungkapan yang sangat terkenal ‘God is Dead’ Jadi jelas ini promosi atheisme ala Nietzsche! Ini juga bentuk penghinaan kepada agama,” tegasnya.

Pengurus Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, Habib Zein Al-Kaff menilai sebagai bentuk penghinaan kepada umat Islam.

“Itu penghinaan kepada umat Islam. UIN Sunan Ampel jadi markasnya aliran sesat,” tegas Zein yang juga pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.

Menurutnya, pelaku harus dipecat dan diadili serta rektor UIN Sunan Ampel harus bertanggung jawab atas kasus ini.

“Kalau rektor tidak bisa membersihkan, maka umat Islam yang akan membersihkan,” tutupnya.

SANTRINEWS | ISLAMPOS




Silakan klik:
 



Share this article :

Posting Komentar