Minggu, 03 Agustus 2014

Home » » Lomba Hafizh Cilik Internasional, Musa Meraih Nilai Mumtaz

Lomba Hafizh Cilik Internasional, Musa Meraih Nilai Mumtaz


Adik Musa satu diantara anugerah dan karunia yang diberikan Allah untuk Abu Hanafi dan istrinya yang juga mampu memberikan banyak inspirasi dan motivasi untuk orang lain, terkhusus umat Islam


  
Penampilan Musa di antara peserta dan Juri Lomba Tahfizh Internasional di Jedah, Arab Saudi | (Irhamni Rofiun)
Mafaza-Online.Com | SILATURAHIM - Sekilas mungkin banyak yang tidak menyangka jika adik kecil yang masih ‘cadel’ menyebut huruf ‘ra’ ini memiliki hafalan Al-Qur’an 30 juz, apalagi di usianya yang baru menginjak 6 tahun. Rasanya sesuatu yang ajaib dan di luar nalar manusia, terlebih di zaman yang agak ‘bebas’ ini, jika tidak diawasi langsung oleh kedua orangtua maka pergaulan anak pun tidak akan terkontrol dengan baik.

Bagi manusia yang memiliki iman yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika usaha dan kerja keras sudah dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, ia akan percaya bahwa Allah akan memberikan ganjaran sesuai dengan apa yang telah dilakukan hamba-Nya.

Ini terbukti, adik Musa satu diantara anugerah dan karunia yang diberikan Allah untuk Abu Hanafi dan istrinya yang juga mampu memberikan banyak inspirasi dan motivasi untuk orang lain, terkhusus umat Islam.

Mungkin peristiwa fenomenal ini tidak aneh apabila kita mengaca kepada zaman sahabat dan tabi’in serta masa keemasan setelahnya, sejarah mencatat contohnya bahwa Imam Syafi’i hafal Al-Qur’an usia 7 tahun, hafal Muwattho’ usia 13 tahun dan diizinkan berfatwa oleh gurunya (Imam Malik) usia 15 tahun.

Orangtua Musa pun berharap dan telah mencanangkan anak-anaknya bisa seperti ulama-ulama terdahulu, setelah menamatkan hafalan Al-Qur’an ia akan menanamkan dan mengajarkan kepada Musa ilmu-ilmu agama, menghafal matan-matan hadits mulai dari hadits arba’in Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, sampai kitab hadits Bukhari-Muslim. Selain diajarkan bahasa Arab, Musa pun diajarkan bahasa Inggris oleh ayahnya. Subhanallah.. Lengkap.

Adapun keikutsertaan Musa dalam ajang Anugerah Khidmah Al-Qur’an Internasional yang berlangsung dari tanggal 3-7 Ramadhan 1435 H bertepatan dengan tanggal 1-5 Juli 2014 ini merupakan undangan khusus dari Syekh Abdullah bin Ali Bashfar, selaku Ketua Ma’had Tahfizh Dunia yang berpusat di Saudi Arabia. Dan Musa pun tercatat sebagai peserta termuda dalam perlombaan tahfizh Al-Qur’an ini. Prestasi Musa sebelumnya pernah menjuarai perlombaan menghafal Al-Qur’an cabang 20 dan 30 juz di Provinsi Bangka Belitung.

Bismillah Masya Allah.. Sangat takjub, semoga Allah memperbanyak ‘Musa-Musa’ yang lainnya melalui anak dan cucu kita kelak. Aamiin ya rabb.
  
Berikut video penampilan Musa di ajang Hafizh Cilik Internasional 2014, dengan 5 soal tahfizh yang diujikan dewan hakim kepadanya:
  







  1.     QS. Al-Maidah [5]: 4-6
  2.     QS. Hud [11]: 69-79
  3.     QS. Al-Mu’minun [23]: 51-67
  4.     QS. Az-Zumar [39]: 53-62
  5.     QS. Al-Mursalat [77]: 1-19


Ada beberapa poin tips dari Bapak Musa, bagaimana beliau mengasuh dan mendidik Musa dan adik-adiknya bersama sang istri:

1.  Niat.
2. Bapak dan ibu terjaga dari maksiat.
3. Perbanyak doa, karena Al-Qur’an itu milik Allah.
4. Ketika Anda/istri mengandung, suami-istri perbanyak membaca Al-Quran/hafal Al-Qur’an.
5. Ketika anak sudah lahir jauhkan dari musik dan tayangan televisi yang mengganggu.
6. Umur 2 tahun ajarkan huruf hijaiyah dll.
7. Umur 3 tahun mulai hafal Al-Qur’an.
8. Punya amalan andalan, misal shalat tahajjud dan dhuha setiap hari.
9. Sebelum itu semua, tidak akan tercapai kalau tidak mencari pasangan dulu. Hehe


Untuk memotivasi diri saya (kita) kembali untuk semakin mencintai Al-Qur’an, ada baiknya membaca makna tafsir yang tersirat dari firman Allah dalam surat Al-Qamar ayat 17:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

“Dan Sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54]: 17)

Yakni untuk dibaca, dihafal, dipahami, dipelajari dan direnungi. Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah memudahkan lafazhnya untuk dibaca dan dihafal, maknanya untuk dipahami dan diketahui. Hal itu, karena Al-Qur’an adalah sebaik-baik perkataan, paling benar maknanya dan paling jelas keterangannya. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Kalau bukan karena Allah telah memudahkan Al-Qur’an pada lisan manusia, tentu tidak satu pun makhluk yang dapat berbicara dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla.”

Oleh karena itu, siapa saja yang mendatanginya, maka Allah Subhaanahu wa Ta’alaala akan memudahkan maksudnya itu semudah-mudahnya.

Ad-Dzikr (pelajaran atau peringatan) di ayat ini mencakup semua yang diingat dan dipelajari oleh orang-orang yang berilmu seperti halal-haram, hukum-hukum perintah dan larangan, hukum-hukum jaza’i (pembalasan), nasihat, pelajaran, aqidah yang bermanfaat dan berita-berita yang benar. Sebagian kaum salaf berkata tentang ayat ini, “Adakah orang yang ingin mengetahui ilmu lalu dibantu untuk memperolehnya?” Oleh karena itulah Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk mendatangi Al-Qur’an dan mempelajarinya dengan firman-Nya, “Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”.

Terkait dengan orang yang membaca dan memahami Al-Qur’an, beberapa hadits menjelaskan:

“Dari Aisyah Ra, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan para rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi ia tidak mahir, berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala.’ (HR. Bukhari dan Muslim).

“Dari Abu Abu Said al-Khudri Ra. dari Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.’ Dan, keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR. Tirmidzi).

“Dari Ibnu Abbas ra, katanya, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya, orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi).

“Dari Abdullah bin Amr bin Ash Ra., bahwasanya Nabi Saw. telah bersabda, ‘Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, ‘Bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia. Karena, kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

“Dari Mu’adz bin Anas Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orangtuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka, bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (HR. Abu Dawud).

Ada banyak ayat suci Al-Qur’an atau hadits yang menyatakan keutamaan membaca Al-Qur’an. Beberapa dalil tadi hanyalah sepercik kutipan yang menjadi ibrah agar kecintaan untuk menghafal Al-Qur’an semakin kuat mengakar.

Semoga Allah selalu merahmati kita semua dengan Al-Qur’an, memberikan keistiqamahan dan menutup catatan kehidupan kita dengan predikat husnul khatimah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Aamiin ya rabbal’aalamiin.

IRHAMNI ROFIUN | SBB | DAKWATUNA

Share this article :

Posting Komentar