Tiga wilayah ditengarai akan dijadikan sebagai pemicu kerusuhan, yakni DKI Jakarta, Solo, dan Yogyakarta
Komisioner KPU Bantul Divisi Logistik dan Keuangan Didik Joko Nugroho menunjukkan surat suara rusak karena tidak simetris, Senin (30/6/2014) | Tribun Jogja - Siti Ariyanti |
"Jangan mudah terprovokasi oleh hasutan dan fitnah. Sebab, ada kekuatan yang ingin menciptakan instabilitas politik di dalam negeri," tulis Sekjen SekberNas Heru B. Arifin dalam rilisnya, Sabtu (5/7/2014).
SekberNas sejak awal bulan Ramadhan hingga 9 Juli mendatang terus mengadakan buka puasa bersama dan shalat tarawih di Rumah Polonia. Khusus malam pencoblosan, SekberNas mengadakan doa bersama untuk kemenangan Prabowo Hatta, sambil khataman al Quran.
Menurut Heru, kerusuhan diwacanakan oleh pihak-pihak yang ingin Indonesia terpuruk. "Jika Prabowo menang, sejumlah wilayah sudah siap rusuh. Sebaliknya, jika Jokowi menang, sejumlah daerah juga dikhawatirkan rusuh," ujarnya.
Sejumlah elite politik diminta mengerem semua statemennya yang provokatif. Statemen Siaga Satu, statemen yang tidak bisa menerima kekalahan harus dibuang jauh-jauh.
"Statemen elite yang tak bisa menerima kekalahan bisa menyulut kerusuhan," tuturnya.
Solo, kata Heru, pernah rusuh besar ketika Megawati gagal menjadi presiden. "Itu pengalaman yang tak boleh terjadi lagi. Hari ini, kita semua harus sadar, kemenangan penting. Tapi keindonesiaan jauh lebih penting," ujarnya.
Prabowo Hatta, demikian Heru, harus menang dalam Pilpres. Kemenangan ini merupakan awal bangkitnya Indonesia dan peradaban baru yang kebih baik. Kemenangan Prabowo Hatta harus diikuti oleh kemenangan rakyat, kegembiraan rakyat.
"Jangan ada kerusuhan. Indonesia harus bangkit memimpin peradaban dunia yang baru," katanya.
Silakan klik:
Posting Komentar