Indonesia Kembali Melahirkan Doktor di Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir Melalui Puteri Terbaiknya, Dr. Fithriah Wardi
“Yang menjadi motivasi utama saya adalah rasa kagum saya terhadap kualitas para ulama yang telah dilahirkan oleh salah satu universitas tertua di dunia ini,” jawab beliau ketika ditanya tentang motivasi beliau menyelesaikan S3 di Universitas Islam ternama, Al-Azhar Asy-Syarif
Dr. Fithriah Wardi, siapa yang tidak kenal dengan beliau, salah seorang alumni mahasiswa kuliah banat Al-Azhar, beliau juga alumni pondok pesantren At-Taqwa yang paling pertama meraih gelar doktoral pada bidang Fikih Perbandingan. Tepatnya pada hari Sabtu, 29 September 2012 pukul 13.30 CLT. Gelar tersebut diterima ketika selesai sidang munâqasyah yang berlangsung di Kairo. Bagaimana perjuangan beliau untuk menyelesaikan program doktoral tersebut? Adakah kesulitan dan kemudahan yang beliau rasakan? Dengan berbagai macam pertanyaan yang ada, akhirnya kami berhasil mendapatkan informasi tentang lika-liku perjuangan hidup beliau dalam menyelesaikan program doktoral lewat wawancara eksklusif melalui sebuah jejaring sosial. Berikut hasil wawancara tersebut:
Bagaimana sistem kuliah program doktoral di Universitas Al-Azhar? Apa saja persyaratan yang diajukan? Adakah ujian khusus yang diberikan Al-Azhar?
Sistem program doktor di Al-Azhar sangat simpel, karena tidak ada lagi sistem perkuliahan yang memerlukan kehadiran. Yang diperlukan hanyalah komitmen mahasiswa/mahasiswi tersebut untuk bertanggung jawab menyelesaikan disertasi yang telah disetujui oleh pihak universitas. Dan syarat yang diperlukan untuk mengajukan permohonan program S3 di Al-Azhar adalah syahadah S2 dari Al-Azhar dengan disertakan transkrip nilai serta judul disertasi yang telah disetujui oleh pihak fakultas. Tanpa melalui ujian Al-Qur’an, karena ujian Al-Qur’an hanya akan dilakukan setelah judul diterima oleh pihak universitas. Dan ujian Al-Qur’an ini merupakan syarat untuk dapat dilaksanakannya sidang munâqasyah.
Selama menulis disertasi, Anda tidak berada di Mesir. Bagaimana hubungan komunikasi Anda dengan pembimbing? Adakah pertemuan atau muhadharah khusus seperti program magister di Al-Azhar?
Sepanjang penulisan disertasi saya berdomisili di Malaysia. Namun komunikasi antara saya dengan profesor pembimbing tetap dapat berjalan lancar, dengan menggunakan fasilitas teknologi yang ada. Dan seperti yang telah saya katakan di atas bahwa dalam program S3 di Al-Azhar tidak ada lagi sistem perkuliahan. Dan inilah salah satu faktor yang memberikan kemudahan bagi saya yang tidak berdomisili di Mesir.
Dalam menempuh program doktoral ini, berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikannya? Adakah kesulitan dan kemudahan yang Anda rasakan selama proses penulisan tersebut?
Waktu yang saya tempuh untuk menyelesaikan program S3 dari semenjak pengajuan judul sampai waktu munâqasyah adalah selama 8 tahun. Kesulitan yang saya hadapi dalam masa tersebut adalah jauhnya jarak antara tempat domisili saya dengan profesor pembimbing, sehingga terkadang hasil penulisan saya yang telah diserahkan kepada pembimbing memerlukan masa yang sangat lama untuk dikoreksi. Dan ini adalah resiko yang harus saya terima. Dan di samping itu, resiko yang harus saya hadapi adalah pengorbanan dari segi materi yang tidak sedikit. Karena saya dituntut untuk melakukan perjalanan bolak-balik ke Mesir, yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bahkan pada penghujung masa studi, dalam jangka setahun saya melakukan perjalanan bolak-balik Malaysia-Mesir sebanyak tiga kali. DanAlhamdulillah dengan dukungan penuh dari suami yang merupakan sponsor penuh saya, maka saya dapat melalui semuanya dengan lancar.
Sedangkan kemudahan yang saya rasakan adalah sistem Al-Azhar yang begitu fleksibel dan pengertian yang sangat tinggi dari profesor pembimbing tentang kondisi saya, yang membolehkan saya menyelesaikan disertasi di luar negara Mesir, sehingga saya tetap bisa berkumpul dengan keluarga saya dalam masa penulisan disertasi.
Ketika proses penulisan disertasi, siapa saja yang turut andil dalam penulisan tersebut?
Yang paling banyak turut andil dalam proses penulisan disertasi tentunya suami saya, Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin yang tidak pernah putus memberikan motivasi moril dan materil kepada saya agar dapat menyelesaikan studi saya. Dan di samping itu juga sahabat saya Dr. Habibah Djunaidi (berasal dari Kalimantan) yang memiliki peran penuh menjadi mediator antara saya dengan profesor pembimbing dalam menyerahkan hasil penulisan disertasi saya dan menerima kembali hasil koreksiannya. Dan ketika Dr. Habibah kembali ke tanah air, tugasnya ini diteruskan oleh Dr. Muhammad Widus (berasal dari Sulawesi Selatan).
Apa motivasi Anda untuk menyelesaikan program doktoral di universitas tertua di dunia (Al-Azhar) yang terkenal sulit ditempuh itu?
Yang menjadi motivasi utama saya adalah rasa kagum saya terhadap kualitas para ulama yang telah dilahirkan oleh salah satu universitas tertua di dunia ini. Jadi, manakala saya telah mampu menyelesaikan S1 di sini, saya bertekad untuk meneruskan ke jenjang yang selanjutnya, jika kemampuan saya mengizinkan. Dan ternyata saya berhasil menyelesaikan S2 di universitas ini. Ketika syahadah S2 saya keluar, tanpa berfikir lagi saya pun segera mengajukan diri untuk mengambil program S3. Karena saya merasa alangkah ruginya jika saya tidak manfaatkan peluang yang telah diberikan oleh Allah kepada saya. Dan Alhamdulillah dengan ridha-Nya saya dapat juga menyelesaikan program S3. Sebenarnya anggapan bahwa Al-Azhar sangat sulit ditempuh itu menurut saya hanya sekadar stigma saja. Karena hingga sampai saat ini sudah banyak orang Indonesia yang berhasil melewati jenjang Master dan Doktor di Al-Azhar.
Apa keunggulan mengambil program doktoral di Universitas Al-Azhar?
Keunggulan program doktoral di Al-Azhar adalah ketatnya Al-Azhar menjaga kelestarian kitab-kitab turâts sebagai sumber rujukan penulisan tesis dan disertasi. Sehingga semua yang kita tulis dalam tesis dan disertasi harus merujuk kepada kitab rujukan yang asal, tanpa boleh mengambil dari kitab yang bukan asal. Dan secara tidak langsung mendidik kita untuk selalu jujur mengungkapkan sumber ilmiah yang kita tulis. Sistem yang seperti ini, menjadikan kita terbiasa dan tidak asing berinteraksi dengan berbagai manuskrip turâts yang terkadang memerlukan pemahaman yang mendalam.
Sebelum menempuh program doktoral, tentunya Anda mengahadapi program magister di Al-Azhar. Bagaimana proses program magister yang Anda jalani? Di mana kediaman Anda ketika proses dan penulisan tesis?
Ketika menempuh program master saya berada dalam kondisi awal perkawinan. Dan sepanjang program master tersebut saya memiliki banyak peran, sebagai isteri, ibu, dan penerjemah buku. Semua peran ini masing-masing memerlukan komitmen yang penuh dari saya. Dan Alhamdulillah saya dapat menyeimbangkan semuanya dengan baik. Dan sepanjang masa itu, saya tinggal di Hayy Asyir, Bawwabah Tsalitsah. Saya meninggalkan Mesir tahun 2006, setelah suami saya menyelesaikan program doktornya. Dan pada saat itu, saya juga telah terdaftar sebagai mahasiswi S3.
Realita yang ada pada saat ini, kebanyakan Masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir) lebih memilih untuk menyelesikan program pasca sarjana di tanah air atau negara-negara lain. Adakah tips atau kiat-kiat khusus yang Anda jadikan pedoman untuk menyelesaikan program pasca sarjana bahkan sampai program doktoral ini?
Menurut saya, pilihan untuk melanjutkan studi kembali kepada masing-masing individu. Karena setiap individu lebih mengetahui apa yang dia inginkan untuk dirinya. Mungkin ada yang ingin mendapatkan pengalaman yang bervariasi, maka dia putuskan untuk melanjutkan studinya di tempat yang berbeda. Yang penting dia tahu apa yang dia inginkan dan tujuan yang dia ingin capai.
Sebenarnya perkara yang paling penting ketika kita tengah berada pada fase penulisan tesis dan disertasi adalah ketekunan dan komitmen. Karena pada fase ini sudah tidak ada lagi sistem muhadarah dan ujian tahunan, jadi kita bergantung 100% kepada komitmen pribadi kita. Siapa yang tekun dan fokus akan dapat cepat menyelesaikan studinya, dan siapa yang tidak tekun dan fokus akan lambat dan ada kemungkinan mengalami kegagalan.
Saran dan pesan untuk IKPMA-Mesir serta Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir?
Buat adik-adik IKPMA-Mesir serta mahasiswa Indonesia yang saat ini masih dipenuhi dengan energi muda, maksimalkan energi muda Anda untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Jika Anda memiliki niat untuk menghabiskan studi Anda di Mesir, niatkan dalam hati dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Karena sebuah niat jika dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh akan menemukan jalannya, walaupun terkadang bertemu dengan hambatan.
Sedangkan bagi orang yang mencintai dunia organisasi, barangkali bisa dievaluasi kembali kegiatannya. Bisa jadi selama ini dia lebih mengutamakan kegiatan organisasinya dibandingkan studinya. Karena yang diharapkan oleh orang tua ketika mengirim Anda belajar ke Mesir adalah Anda kembali dengan membawa ilmu yang bisa membanggakan orang tua, bukannya pengalaman berorganisasi.
Selagi Anda berada di Mesir, perkayalah diri Anda dengan khazanah keilmuan yang sangat luas. Jika Anda sudah selesai menyelesaikan studi minimal S1, maka Anda sudah memiliki berbagai pilihan di hadapan Anda, apakah ingin menjadi akademisi, ustadz/ustadzah, pengusaha travel, politisi, PNS, pendakwah dan sebagainya. Dan pada saat itulah masa untuk Anda mengeksplor segala potensi yang Anda miliki. Dan saya ucapkan selamat berjuang untuk Anda semua. Jangan cepat mengalah dengan keadaan dan tantangan, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Allah Swt. minta ditunjukkan jalan yang terbaik untuk Anda.
Semoga dengan kisah beliau ini menambah semangat kita, para pelajar untuk terus mencari ilmu tanpa mengenal lelah, jarak dan waktu khususnya bagi kita, para mahasiswa Al-Azhar. Aamiin.
CURRICULUM VITAE
Nama : Dr. Fithriah Wardi
TTL : Bekasi, 23 September 1974 M
Alamat : Nilai, Negeri Sembilan, Malaysia
Nama Suami : Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin
Profesi Suami : Guru Besar di Univeristi Sains Islam Malaysia (USIM)
Jumlah anak : 3 orang, Hebatalla Kamaluddin Nurdin (Putri), Wahba Kamaluddin Nurdin (Putra), Sharim Kamaluddin Nurdin (Putra).
Motto Hidup : Sekali melangkah jangan berhenti sebelum sampai ke tujuan.
Riwayat Pendidikan:
- Aliyah : Attaqwa Putri alumni periode 1993
- S1 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 1997
- S2 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 2005
- S3 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 2012
Fakultas : Syari’ah Islamiyah
Jurusan : Fiqh Muqaran (Fikih Perbandingan)
Judul Tesis : “‘Inâyah asy-Syarî’ah al-Islâmiyyah Binazhâfati al-Fard wal-Bi`ah (Dirâsah Fiqhiyyah Muqâranah).
Judul Disertasi : “Al-Ârâ` Al-Fiqhiyyah ‘Inda Al-Imâm Ahmad Ibn Yahya Al-Murtadhâ fî Fiqh Al-Usrah: Dirâsah Fiqhiyyah Muqâranah” (Pendapat-pendapat Fikih Imam Ahmad Ibn Yahya Al-Murtadha dalam Ahwal Syakhshiyyah: Kajian Fikih Perbandingan). Dengan Prediket Summa Cumlaude.
Karya Terjemahan:
1. Bebaskan Diri Anda! Penulis: Yusuf al-Uqshari; Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, Fithriah Wardie; Jakarta: Gema Insani Press,
2. Wujudkan Mimpi Anda, Al-Kattani, Abdul Hayyie; Fithriah Wardie. III. Kurniawan, Harlis. S.’.llnr. Judul Asli Kaifa Tuhaqqiqu Thumuhaatika wa Tushbihu Mumayyizan fi Amalika,
3. 40 Kisah Pengantar Anak Tidur, Fithriah Wardie. lll. lswanto, Yudi. Judul Asli Hikayaat lslamiyyah Qabla an-Naum lil Athfaal Penulis Najwa Husein Abdul Aziz,
4. 100 Kisah Teladan Abu Bakar, Judul tambahan 100 Qishshatin wa Qishshati min Hayaati Abu Bakar as-Shiddiq. Pengarang tambahan Fithriah Wardie.
5. 15 Sebab Dicabutnya Berkah, Fithriah Wardie. Subject(s). Classification, 200. Series Title. GMD, Printed Book. Language, Indonesia. Publisher, Gema Insani Press. Publishing Year, 2005.
6. Dosa-Dosa Besar, books written by Fithriah Wardie. (2000) | 206 pages. By M. Mutawalli Sya”rawi, Abdul Hayyi al-kattani.
7. Menempatkan Ayah Dan Bunda Di Singgasana, Muṣṭafá ʻAdawī, Fithriah Wardie.
8. Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2007. 160 hlm.; 26.7 cm ISBN 979-56-006-7 1. Hikmah. I. Judul. II. Al-Kattani, Abdul Hayyie; Wardie, Fithriah.
(ded/dakwatuna)
“Yang menjadi motivasi utama saya adalah rasa kagum saya terhadap kualitas para ulama yang telah dilahirkan oleh salah satu universitas tertua di dunia ini,” jawab beliau ketika ditanya tentang motivasi beliau menyelesaikan S3 di Universitas Islam ternama, Al-Azhar Asy-Syarif
Dr. Fithriah Wardi, siapa yang tidak kenal dengan beliau, salah seorang alumni mahasiswa kuliah banat Al-Azhar, beliau juga alumni pondok pesantren At-Taqwa yang paling pertama meraih gelar doktoral pada bidang Fikih Perbandingan. Tepatnya pada hari Sabtu, 29 September 2012 pukul 13.30 CLT. Gelar tersebut diterima ketika selesai sidang munâqasyah yang berlangsung di Kairo. Bagaimana perjuangan beliau untuk menyelesaikan program doktoral tersebut? Adakah kesulitan dan kemudahan yang beliau rasakan? Dengan berbagai macam pertanyaan yang ada, akhirnya kami berhasil mendapatkan informasi tentang lika-liku perjuangan hidup beliau dalam menyelesaikan program doktoral lewat wawancara eksklusif melalui sebuah jejaring sosial. Berikut hasil wawancara tersebut:
Bagaimana sistem kuliah program doktoral di Universitas Al-Azhar? Apa saja persyaratan yang diajukan? Adakah ujian khusus yang diberikan Al-Azhar?
Sistem program doktor di Al-Azhar sangat simpel, karena tidak ada lagi sistem perkuliahan yang memerlukan kehadiran. Yang diperlukan hanyalah komitmen mahasiswa/mahasiswi tersebut untuk bertanggung jawab menyelesaikan disertasi yang telah disetujui oleh pihak universitas. Dan syarat yang diperlukan untuk mengajukan permohonan program S3 di Al-Azhar adalah syahadah S2 dari Al-Azhar dengan disertakan transkrip nilai serta judul disertasi yang telah disetujui oleh pihak fakultas. Tanpa melalui ujian Al-Qur’an, karena ujian Al-Qur’an hanya akan dilakukan setelah judul diterima oleh pihak universitas. Dan ujian Al-Qur’an ini merupakan syarat untuk dapat dilaksanakannya sidang munâqasyah.
Selama menulis disertasi, Anda tidak berada di Mesir. Bagaimana hubungan komunikasi Anda dengan pembimbing? Adakah pertemuan atau muhadharah khusus seperti program magister di Al-Azhar?
Sepanjang penulisan disertasi saya berdomisili di Malaysia. Namun komunikasi antara saya dengan profesor pembimbing tetap dapat berjalan lancar, dengan menggunakan fasilitas teknologi yang ada. Dan seperti yang telah saya katakan di atas bahwa dalam program S3 di Al-Azhar tidak ada lagi sistem perkuliahan. Dan inilah salah satu faktor yang memberikan kemudahan bagi saya yang tidak berdomisili di Mesir.
Dalam menempuh program doktoral ini, berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikannya? Adakah kesulitan dan kemudahan yang Anda rasakan selama proses penulisan tersebut?
Waktu yang saya tempuh untuk menyelesaikan program S3 dari semenjak pengajuan judul sampai waktu munâqasyah adalah selama 8 tahun. Kesulitan yang saya hadapi dalam masa tersebut adalah jauhnya jarak antara tempat domisili saya dengan profesor pembimbing, sehingga terkadang hasil penulisan saya yang telah diserahkan kepada pembimbing memerlukan masa yang sangat lama untuk dikoreksi. Dan ini adalah resiko yang harus saya terima. Dan di samping itu, resiko yang harus saya hadapi adalah pengorbanan dari segi materi yang tidak sedikit. Karena saya dituntut untuk melakukan perjalanan bolak-balik ke Mesir, yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bahkan pada penghujung masa studi, dalam jangka setahun saya melakukan perjalanan bolak-balik Malaysia-Mesir sebanyak tiga kali. DanAlhamdulillah dengan dukungan penuh dari suami yang merupakan sponsor penuh saya, maka saya dapat melalui semuanya dengan lancar.
Sedangkan kemudahan yang saya rasakan adalah sistem Al-Azhar yang begitu fleksibel dan pengertian yang sangat tinggi dari profesor pembimbing tentang kondisi saya, yang membolehkan saya menyelesaikan disertasi di luar negara Mesir, sehingga saya tetap bisa berkumpul dengan keluarga saya dalam masa penulisan disertasi.
Ketika proses penulisan disertasi, siapa saja yang turut andil dalam penulisan tersebut?
Yang paling banyak turut andil dalam proses penulisan disertasi tentunya suami saya, Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin yang tidak pernah putus memberikan motivasi moril dan materil kepada saya agar dapat menyelesaikan studi saya. Dan di samping itu juga sahabat saya Dr. Habibah Djunaidi (berasal dari Kalimantan) yang memiliki peran penuh menjadi mediator antara saya dengan profesor pembimbing dalam menyerahkan hasil penulisan disertasi saya dan menerima kembali hasil koreksiannya. Dan ketika Dr. Habibah kembali ke tanah air, tugasnya ini diteruskan oleh Dr. Muhammad Widus (berasal dari Sulawesi Selatan).
Apa motivasi Anda untuk menyelesaikan program doktoral di universitas tertua di dunia (Al-Azhar) yang terkenal sulit ditempuh itu?
Yang menjadi motivasi utama saya adalah rasa kagum saya terhadap kualitas para ulama yang telah dilahirkan oleh salah satu universitas tertua di dunia ini. Jadi, manakala saya telah mampu menyelesaikan S1 di sini, saya bertekad untuk meneruskan ke jenjang yang selanjutnya, jika kemampuan saya mengizinkan. Dan ternyata saya berhasil menyelesaikan S2 di universitas ini. Ketika syahadah S2 saya keluar, tanpa berfikir lagi saya pun segera mengajukan diri untuk mengambil program S3. Karena saya merasa alangkah ruginya jika saya tidak manfaatkan peluang yang telah diberikan oleh Allah kepada saya. Dan Alhamdulillah dengan ridha-Nya saya dapat juga menyelesaikan program S3. Sebenarnya anggapan bahwa Al-Azhar sangat sulit ditempuh itu menurut saya hanya sekadar stigma saja. Karena hingga sampai saat ini sudah banyak orang Indonesia yang berhasil melewati jenjang Master dan Doktor di Al-Azhar.
Apa keunggulan mengambil program doktoral di Universitas Al-Azhar?
Keunggulan program doktoral di Al-Azhar adalah ketatnya Al-Azhar menjaga kelestarian kitab-kitab turâts sebagai sumber rujukan penulisan tesis dan disertasi. Sehingga semua yang kita tulis dalam tesis dan disertasi harus merujuk kepada kitab rujukan yang asal, tanpa boleh mengambil dari kitab yang bukan asal. Dan secara tidak langsung mendidik kita untuk selalu jujur mengungkapkan sumber ilmiah yang kita tulis. Sistem yang seperti ini, menjadikan kita terbiasa dan tidak asing berinteraksi dengan berbagai manuskrip turâts yang terkadang memerlukan pemahaman yang mendalam.
Sebelum menempuh program doktoral, tentunya Anda mengahadapi program magister di Al-Azhar. Bagaimana proses program magister yang Anda jalani? Di mana kediaman Anda ketika proses dan penulisan tesis?
Ketika menempuh program master saya berada dalam kondisi awal perkawinan. Dan sepanjang program master tersebut saya memiliki banyak peran, sebagai isteri, ibu, dan penerjemah buku. Semua peran ini masing-masing memerlukan komitmen yang penuh dari saya. Dan Alhamdulillah saya dapat menyeimbangkan semuanya dengan baik. Dan sepanjang masa itu, saya tinggal di Hayy Asyir, Bawwabah Tsalitsah. Saya meninggalkan Mesir tahun 2006, setelah suami saya menyelesaikan program doktornya. Dan pada saat itu, saya juga telah terdaftar sebagai mahasiswi S3.
Realita yang ada pada saat ini, kebanyakan Masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir) lebih memilih untuk menyelesikan program pasca sarjana di tanah air atau negara-negara lain. Adakah tips atau kiat-kiat khusus yang Anda jadikan pedoman untuk menyelesaikan program pasca sarjana bahkan sampai program doktoral ini?
Menurut saya, pilihan untuk melanjutkan studi kembali kepada masing-masing individu. Karena setiap individu lebih mengetahui apa yang dia inginkan untuk dirinya. Mungkin ada yang ingin mendapatkan pengalaman yang bervariasi, maka dia putuskan untuk melanjutkan studinya di tempat yang berbeda. Yang penting dia tahu apa yang dia inginkan dan tujuan yang dia ingin capai.
Sebenarnya perkara yang paling penting ketika kita tengah berada pada fase penulisan tesis dan disertasi adalah ketekunan dan komitmen. Karena pada fase ini sudah tidak ada lagi sistem muhadarah dan ujian tahunan, jadi kita bergantung 100% kepada komitmen pribadi kita. Siapa yang tekun dan fokus akan dapat cepat menyelesaikan studinya, dan siapa yang tidak tekun dan fokus akan lambat dan ada kemungkinan mengalami kegagalan.
Saran dan pesan untuk IKPMA-Mesir serta Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir?
Buat adik-adik IKPMA-Mesir serta mahasiswa Indonesia yang saat ini masih dipenuhi dengan energi muda, maksimalkan energi muda Anda untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Jika Anda memiliki niat untuk menghabiskan studi Anda di Mesir, niatkan dalam hati dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Karena sebuah niat jika dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh akan menemukan jalannya, walaupun terkadang bertemu dengan hambatan.
Sedangkan bagi orang yang mencintai dunia organisasi, barangkali bisa dievaluasi kembali kegiatannya. Bisa jadi selama ini dia lebih mengutamakan kegiatan organisasinya dibandingkan studinya. Karena yang diharapkan oleh orang tua ketika mengirim Anda belajar ke Mesir adalah Anda kembali dengan membawa ilmu yang bisa membanggakan orang tua, bukannya pengalaman berorganisasi.
Selagi Anda berada di Mesir, perkayalah diri Anda dengan khazanah keilmuan yang sangat luas. Jika Anda sudah selesai menyelesaikan studi minimal S1, maka Anda sudah memiliki berbagai pilihan di hadapan Anda, apakah ingin menjadi akademisi, ustadz/ustadzah, pengusaha travel, politisi, PNS, pendakwah dan sebagainya. Dan pada saat itulah masa untuk Anda mengeksplor segala potensi yang Anda miliki. Dan saya ucapkan selamat berjuang untuk Anda semua. Jangan cepat mengalah dengan keadaan dan tantangan, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Allah Swt. minta ditunjukkan jalan yang terbaik untuk Anda.
Semoga dengan kisah beliau ini menambah semangat kita, para pelajar untuk terus mencari ilmu tanpa mengenal lelah, jarak dan waktu khususnya bagi kita, para mahasiswa Al-Azhar. Aamiin.
CURRICULUM VITAE
Nama : Dr. Fithriah Wardi
TTL : Bekasi, 23 September 1974 M
Alamat : Nilai, Negeri Sembilan, Malaysia
Nama Suami : Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin
Profesi Suami : Guru Besar di Univeristi Sains Islam Malaysia (USIM)
Jumlah anak : 3 orang, Hebatalla Kamaluddin Nurdin (Putri), Wahba Kamaluddin Nurdin (Putra), Sharim Kamaluddin Nurdin (Putra).
Motto Hidup : Sekali melangkah jangan berhenti sebelum sampai ke tujuan.
Riwayat Pendidikan:
- Aliyah : Attaqwa Putri alumni periode 1993
- S1 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 1997
- S2 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 2005
- S3 : Universitas Al-Azhar selesai pada tahun 2012
Fakultas : Syari’ah Islamiyah
Jurusan : Fiqh Muqaran (Fikih Perbandingan)
Judul Tesis : “‘Inâyah asy-Syarî’ah al-Islâmiyyah Binazhâfati al-Fard wal-Bi`ah (Dirâsah Fiqhiyyah Muqâranah).
Judul Disertasi : “Al-Ârâ` Al-Fiqhiyyah ‘Inda Al-Imâm Ahmad Ibn Yahya Al-Murtadhâ fî Fiqh Al-Usrah: Dirâsah Fiqhiyyah Muqâranah” (Pendapat-pendapat Fikih Imam Ahmad Ibn Yahya Al-Murtadha dalam Ahwal Syakhshiyyah: Kajian Fikih Perbandingan). Dengan Prediket Summa Cumlaude.
Karya Terjemahan:
1. Bebaskan Diri Anda! Penulis: Yusuf al-Uqshari; Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, Fithriah Wardie; Jakarta: Gema Insani Press,
2. Wujudkan Mimpi Anda, Al-Kattani, Abdul Hayyie; Fithriah Wardie. III. Kurniawan, Harlis. S.’.llnr. Judul Asli Kaifa Tuhaqqiqu Thumuhaatika wa Tushbihu Mumayyizan fi Amalika,
3. 40 Kisah Pengantar Anak Tidur, Fithriah Wardie. lll. lswanto, Yudi. Judul Asli Hikayaat lslamiyyah Qabla an-Naum lil Athfaal Penulis Najwa Husein Abdul Aziz,
4. 100 Kisah Teladan Abu Bakar, Judul tambahan 100 Qishshatin wa Qishshati min Hayaati Abu Bakar as-Shiddiq. Pengarang tambahan Fithriah Wardie.
5. 15 Sebab Dicabutnya Berkah, Fithriah Wardie. Subject(s). Classification, 200. Series Title. GMD, Printed Book. Language, Indonesia. Publisher, Gema Insani Press. Publishing Year, 2005.
6. Dosa-Dosa Besar, books written by Fithriah Wardie. (2000) | 206 pages. By M. Mutawalli Sya”rawi, Abdul Hayyi al-kattani.
7. Menempatkan Ayah Dan Bunda Di Singgasana, Muṣṭafá ʻAdawī, Fithriah Wardie.
8. Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2007. 160 hlm.; 26.7 cm ISBN 979-56-006-7 1. Hikmah. I. Judul. II. Al-Kattani, Abdul Hayyie; Wardie, Fithriah.
(ded/dakwatuna)
Silakan di Klik:
┈┈»̶•̵̭̌✽M-STORE LengkapiKebutuhanAnda✽•̵̭̌«̶┈┈
Posting Komentar