Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Almuzzammil Yusuf: Mendesak BNN dan Polri harus fokus memberantas narkoba dari hulu
|
Menurutnya, alat pendeteksi narkoba di Bakauheni sudah lama tidak berfungsi. Sedangkan, di pelabuhan lainnya belum tersedia. Ini akan menjadi pintu masuk yang mudah bagi para pengedar narkoba di Indonesia.
“Dengan alokasi RAPBN 2014, Mabes Polri Rp.45 Triliun dan BNN Rp.792 Milyar, saya mendesak agar alat pendeteksi narkoba di pelabuhan, terutama di Bakauheni yang sudah lama rusak segera dianggarkan untuk diperbaiki atau diganti,” desak politisi PKS asal Lampung ini dalam Rapat Kerja Komisi III DPR RI bersama Mabes Polri dan BNN di Gedung DPR RI, 22/10/2013.
Menurut Muzzammil, peredaran narkoba sudah sangat mengkhawatirkan. Tidak bisa hanya menggunakan insting dan naluri saja untuk deteksi narkoba.
“Perlu strategi, keahlian, dan teknologi canggih untuk mendeteksi keberadaan narkoba di tempat-tempat umum seperti di pelabuhan dan bandara,” jelasnya.
Sebagai contoh, masih kata Muzzammil, di Pelabuhan Bakauheni setiap hari dilalui sekitar 3.000 orang pejalan kaki, dan sekitar 5000 unit kendaraan bermotor.
Pengangkutan narkoba dengan truk, bus, dan mobil pribadi melalui jalur pelabuhan ini jumlahnya sangat besar untuk menyalurkan nakorba dari dari Aceh, Malaysia, dan Singapura dengan tujuan akhir pulau Jawa, pulau terpadat se Indonesia, sekitar 60% penduduk Indonesia disini.
“Parahnya, di Merak menuju Bakauheni tidak ada seaport interdiction,” ungkapnya.
Tangkapan terbesar narkoba terbesar di Indonesia, terang Muzzammil, terjadi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan berupa ganja 4,7 ton.
“Jika BNN dan Polri mampu menangkap 4,7 ton narkoba dengan asumsi perorang menggunakan 1 gram narkoba maka sama artinya menyelamatkan 4,7 juta orang, yang mayoritas anak-anak dan remaja dari bahaya narkoba,”jelasnya.
Namun, menurut BNN tangkapan sebesar 4,7 ton itu hanya 5%.
“Artinya 95% atau sekitar 94 ton potensi tangkapan BNN dan Polri berasal dari Aceh, Singapura, Malaysia, dan Timor Leste serta daerah dan negara lain lolos dari pengawasan mereka,” terangnya.
Hal ini menurut Muzzammil membuktikan bahwa BNN dan Polri hanya fokus pemberantasan narkoba di hilir. Sedang di hulu seperti bos jaringan narkoba internasional, bandar lokal dan pemilik pabrik narkoba di Indonesia masih santai memproduksi dan mengedarkan narkoba.
“Saya mendesak BNN dan Polri harus fokus memberantas narkoba dari hulu,” tegasnya.
Bahaya dan korban narkoba, kata Muzzammil, saat ini adalah paling besar dan serius terahadap generasi muda dan masa depan bangsa.
“Korban narkoba saat ini sudah mencapai 4,5juta orang, mayoritas anak-anak dan remaja. Jumlah kerugian secara materil mencapai 48 Triliun per tahun,” tuturnya.
Untuk itu, ia mendesak agar rekan-rekannya di DPR dan Presiden harus memperkuat politik anggaran pemberantasan narkoba secara signifikan dan menjadikan pemberantasan narkoba menjadi gerakan nasional.
“Sebelum selesai masa pemerintahan 2014, saya menyarankan agar Presiden SBY memimpin langsung pemberantasan narkoba di Indonesia,” tegasnya.
Silakan di Klik:
✽̶ M-STORE LengkapiKebutuhanAnda ♈̷̴✽̶⌣̊
Posting Komentar