Fakta kerjasama AS dan Iran untuk menempatkan rezim Syiah di Irak
Mafaza-Online.Com|BANDUNG - Seribuan umat Islam menyesaki lantai pertama dan lantai utama Masjid Al Fajr Jl Cijagra Raya Buah Batu Bandung, Sabtu (14/9). Jamaah dengan antusias menyimak paparan dua pembicara dalam Bedah Buku ‘Zionis & Syiah Bersatu Hantam Islam’ yang dipandu oleh Ketua Divisi Syakshiyyah Islamiyyah-Forum Ulama Ummat Indonesia (DSI-FUUI) ini.
Pembicara pertama, penulis buku, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, mengungkap persekongkolan rezim laknat Syiah Nushairiyah Basyar Asad di Suriah dengan Zionis, Iran dan AS.
Menurut Koordinator Kajian Zionisme ini, ketika Tim Media Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) dan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) mengirimkan tiga jurnalisnya ke medan Jihad Suriah belum lama ini, diperoleh dokumen kesepakatan antara rezim Suriah dengan “Israel”, dimana rezim Syiah Nushairi menyerahkan dan mengamankan Dataran Tinggi Golan untuk kepentingan Zionis “Israel”.
“Dokumen ini diperoleh Mujahidin Suriah dari tentara rezim Asad yang berhasil ditangkap Mujahidin,” ungkap Sekjen Jurnalis Islam Bersatu (JITU) ini.
Tak hanya itu. Dalam catatan Pizaro, ada banyak persekongkolan antara rezim Syiah Nushairiyah pimpinan Asad, rezim Republik Syiah Iran, Zionis dan AS, dalam upayanya menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Pizaro memaparkan beberapa fakta dokumen, termasuk fakta kerjasama AS dan Iran untuk menempatkan rezim Syiah di Irak.
Sementara Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M. Da’i, MA, yang tampil sebagai pembicara pembanding dalam acara yang diselenggarakan Divisi Syakhshiyyah Islamiyyah FUUI ini mengisahkan saat dua tahun lalu ia berkunjung ke Republik Syiah Iran untuk memenuhi undangan Kedubes RI di negara yang didapati Sinagog Yahudi itu.
Di kota-kota di Iran, negara penganut Syiah, ungkap KH Athian, tak ada masjid umat Islam, kecuali di pinggiran, terpencil. Ironisnya, di negeri Syiah ini ada banyak komunitas Yahudi berikut Sinagog, tempat ritual mereka.
Masjid kaum Muslimin tak diperkenankan di Republik Syiah Iran ini. Dalam kunjungan selama sepekan, KH Athian Ali berkesempatan mengetahui lebih banyak perihal Syiah di Iran.
Ketika KH Athian menjadi Khatib shalat Idul Fitri di Kedubes RI di Teheran, dentuman “bom” sejenis mercon sangat mengganggu pelaksanaan ibadah Idul Fitri.
“Dentuman-dentuman itu sengaja dilemparkan di sekitar kedutaan RI oleh aparat mereka, karena mereka memang tak suka umat Islam melaksanakan ibadah Idul Fitri, meskipun itu adalah Kedutaan (area diplomatik) dari negara lain yang semestinya mendapat hak perlindungan,” ungkap alumnus Al Azhar Kairo ini.
Di Bandung, kisah Athian, Syiah mulai bangkit 28 tahun lalu, 1985. Sejak itu, ia sudah menegaskan, Syiah dengan Islam itu tak bisa bertemu, tak bisa disatukan, jadi buat apa didiskusikan.
Pada saat itu, katanya, ada orang yang menyebarkan paham Syiah tapi menolak dikatakan sebagai penganut Syiah. Ia menolak, mengaku bukan syiah. Seiring berjalannya waktu, ketika orang ini kian gencar menyampaikan ajaran Syiahnya, maka ia pun dipanggil oleh seorang tokoh Islam di Bandung untuk dimintai keteragannya, apakah dia sudah menganut Syiah?
KH Athian melanjutkan kisahnya. Ketika dalam sebuah forum, orang ini menyampaikan makalahnya tentang Syiah, setelah itu ia ditanya, apakah ia Syiah? Orang ini, kata Athian, menjawab, ”Syiah saya berbeda dengan yang ada di makalah yang saya sampaikan ini…” Jamaah pun tertawa riuh. Lantas, menurut Athian, mengapa (makalah) itu disampaikan?
Dalam sebuah forum kembali yang bersangkutan didesak dengan pertanyaan, apakah penganut Syiah? Jawabnya, “Saya ini ‘Susi’, Sunah dan Syiah,” jawabnya seperti dikisahkan KH Athian yang disambut gelak hadirin.
Tahukah setelah 24 tahun kemudian? “24 tahun kemudian, sekitar tahun 2009, orang ini mengaku sebagai penganut Syiah. Artinya, selama 24 tahun, orang ini hidup dalam kemunafikan, baru 4 tahun lalu yang bersangkutan mengaku sebagai Syiah, setelah dia merasa sudah banyak orang yang dia sesatkan…,” beber KH Athian di hadapan massa jamaah yang antusias menyimak paparannya. (salam-online)
MAFAZA-STORE Lengkapi Kebutuhan Anda
MafazaOnline Peduli (MOP)MOP Adalah dana yang dihimpun dari pembaca. Untuk membantu dakwah Islam.
Setelah transfer kirim sms konfirmasi ke 0878 7648 7687 Dengan format: Nama/Alamat/Jumlah/Bank/Peruntukkan (Pilih salah satu)
1. Desa Binaan 2. Motor Dai 3. Peralatan Shalat
4. Wakaf Al-Qur’an 5. Beasiswa 6. Dunia Islam
Syukran Jazakumullah Khairan Katsira
Klik Juga:
Qurban di Daerah Rawan Pemurtadan
Mafaza-Online.Com|BANDUNG - Seribuan umat Islam menyesaki lantai pertama dan lantai utama Masjid Al Fajr Jl Cijagra Raya Buah Batu Bandung, Sabtu (14/9). Jamaah dengan antusias menyimak paparan dua pembicara dalam Bedah Buku ‘Zionis & Syiah Bersatu Hantam Islam’ yang dipandu oleh Ketua Divisi Syakshiyyah Islamiyyah-Forum Ulama Ummat Indonesia (DSI-FUUI) ini.
Pembicara pertama, penulis buku, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, mengungkap persekongkolan rezim laknat Syiah Nushairiyah Basyar Asad di Suriah dengan Zionis, Iran dan AS.
Menurut Koordinator Kajian Zionisme ini, ketika Tim Media Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) dan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) mengirimkan tiga jurnalisnya ke medan Jihad Suriah belum lama ini, diperoleh dokumen kesepakatan antara rezim Suriah dengan “Israel”, dimana rezim Syiah Nushairi menyerahkan dan mengamankan Dataran Tinggi Golan untuk kepentingan Zionis “Israel”.
“Dokumen ini diperoleh Mujahidin Suriah dari tentara rezim Asad yang berhasil ditangkap Mujahidin,” ungkap Sekjen Jurnalis Islam Bersatu (JITU) ini.
Tak hanya itu. Dalam catatan Pizaro, ada banyak persekongkolan antara rezim Syiah Nushairiyah pimpinan Asad, rezim Republik Syiah Iran, Zionis dan AS, dalam upayanya menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Pizaro memaparkan beberapa fakta dokumen, termasuk fakta kerjasama AS dan Iran untuk menempatkan rezim Syiah di Irak.
Sementara Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M. Da’i, MA, yang tampil sebagai pembicara pembanding dalam acara yang diselenggarakan Divisi Syakhshiyyah Islamiyyah FUUI ini mengisahkan saat dua tahun lalu ia berkunjung ke Republik Syiah Iran untuk memenuhi undangan Kedubes RI di negara yang didapati Sinagog Yahudi itu.
Di kota-kota di Iran, negara penganut Syiah, ungkap KH Athian, tak ada masjid umat Islam, kecuali di pinggiran, terpencil. Ironisnya, di negeri Syiah ini ada banyak komunitas Yahudi berikut Sinagog, tempat ritual mereka.
Masjid kaum Muslimin tak diperkenankan di Republik Syiah Iran ini. Dalam kunjungan selama sepekan, KH Athian Ali berkesempatan mengetahui lebih banyak perihal Syiah di Iran.
Ketika KH Athian menjadi Khatib shalat Idul Fitri di Kedubes RI di Teheran, dentuman “bom” sejenis mercon sangat mengganggu pelaksanaan ibadah Idul Fitri.
“Dentuman-dentuman itu sengaja dilemparkan di sekitar kedutaan RI oleh aparat mereka, karena mereka memang tak suka umat Islam melaksanakan ibadah Idul Fitri, meskipun itu adalah Kedutaan (area diplomatik) dari negara lain yang semestinya mendapat hak perlindungan,” ungkap alumnus Al Azhar Kairo ini.
Di Bandung, kisah Athian, Syiah mulai bangkit 28 tahun lalu, 1985. Sejak itu, ia sudah menegaskan, Syiah dengan Islam itu tak bisa bertemu, tak bisa disatukan, jadi buat apa didiskusikan.
Pada saat itu, katanya, ada orang yang menyebarkan paham Syiah tapi menolak dikatakan sebagai penganut Syiah. Ia menolak, mengaku bukan syiah. Seiring berjalannya waktu, ketika orang ini kian gencar menyampaikan ajaran Syiahnya, maka ia pun dipanggil oleh seorang tokoh Islam di Bandung untuk dimintai keteragannya, apakah dia sudah menganut Syiah?
Lantas ia menjawab, “Belum.” Jawaban yang membuat jamaah Masjid Al Fajr tertawa terkekeh. Artinya, kata Athian, ia akan menjadi Syiah?
KH Athian melanjutkan kisahnya. Ketika dalam sebuah forum, orang ini menyampaikan makalahnya tentang Syiah, setelah itu ia ditanya, apakah ia Syiah? Orang ini, kata Athian, menjawab, ”Syiah saya berbeda dengan yang ada di makalah yang saya sampaikan ini…” Jamaah pun tertawa riuh. Lantas, menurut Athian, mengapa (makalah) itu disampaikan?
Dalam sebuah forum kembali yang bersangkutan didesak dengan pertanyaan, apakah penganut Syiah? Jawabnya, “Saya ini ‘Susi’, Sunah dan Syiah,” jawabnya seperti dikisahkan KH Athian yang disambut gelak hadirin.
Tahukah setelah 24 tahun kemudian? “24 tahun kemudian, sekitar tahun 2009, orang ini mengaku sebagai penganut Syiah. Artinya, selama 24 tahun, orang ini hidup dalam kemunafikan, baru 4 tahun lalu yang bersangkutan mengaku sebagai Syiah, setelah dia merasa sudah banyak orang yang dia sesatkan…,” beber KH Athian di hadapan massa jamaah yang antusias menyimak paparannya. (salam-online)
MAFAZA-STORE Lengkapi Kebutuhan Anda
MafazaOnline Peduli (MOP)MOP Adalah dana yang dihimpun dari pembaca. Untuk membantu dakwah Islam.
Mari bersinergi, Kirim bantuan melalui
Bank Muamalat Norek: 020 896 7284
Syariah Mandiri norek 069 703 1963.
BCA norek 412 1181 643
a/n Eman Mulyatman
Setelah transfer kirim sms konfirmasi ke 0878 7648 7687 Dengan format: Nama/Alamat/Jumlah/Bank/Peruntukkan (Pilih salah satu)
1. Desa Binaan 2. Motor Dai 3. Peralatan Shalat
4. Wakaf Al-Qur’an 5. Beasiswa 6. Dunia Islam
Syukran Jazakumullah Khairan Katsira
Klik Juga:
Qurban di Daerah Rawan Pemurtadan
Posting Komentar