Pulang taraweh maksud hati ingin keluar membeli makan, ternyata saya lupa hari ini adalah hari selasa, yang tentunya ada acara ter”heboh” di Indoensia berkaitan dengan problematika hukum di negara ini, yakni Indonesia Lawyers Club.
Awalnya saya mengira bahwa paling beritanya tentang apalah gitu, Century atau lainnya, ternyata ketika melihat isi ruangan ada beberapa orang-orang PKS, spontan saja saya langsung mantengin aja tuh tivi. Ternyata benar, temanya berkaitan dengan eksepsi LHI.
Sedikit kaget memang, kok yah PKS lagi PKS lagi, tapi ketika mengingat “perlakuan KPK” terhadap PKS, maka sudah sepantasnya judul ini dikemukaan, mengingat pentingnya PKS berargumen atas pandangan masyarakat terhadap yang telah terjadi belakangan ini.
Walau sedikit terlambat, tapi cukup menarik perhatian ketika yang berbicara adalah Fahri Hamzah, selepas FH berbicara kemudian disambungkan oleh kawan seperjuangannya disisi sebelah kanan, setelah kedua kader PKS tersebut berargumentasi dengan cukup panjang, tegas, dan argumentatif, Karni pun memotong untuk komersial break, namun yang jauh lebih mengagetkan adalah, pernyataaan singkat dari bos besar ILC itu sendiri, Karni mengatakan entah dengan spontan atau memang dari dari hati terdalamnya yakni, “hebat-hebat ini orang PKS”, tentu hal tersebut menjadi “gimik” yang tidak mudah dibiarkan begitu saja, artinya gimik tersebut akan melekat dan diingat oleh beberapa penonton lainnya, nyatanya beberapa detik dan menit kemudian gimik tersebut telah menjadi perbincangan tersendiri di media sosial twitter.
Pada saat FH berargumen, kamera sering juga men”shot” wajah dari Johan Budi, gambar tersebut di gabungkan dalam layar menjadi satu frame, dan jika kita melihat, maka begitu meradangnya wajah Johan Budi dengan tatapan yang cukup memiliki makna tersendiri.
Atas kasus PKS dan KPK belakangan ini, maka ada beberapa hal yang menjadi point penting dalam pandangan saya, yakni:
1. Negara ini negara hukum,, yang tentunya berjalan atas koridor hukum, banyak aturan main didalamnya, yang tidak bisa dilanggar dan dijalankan dengan kemauan tafsir kita sendiri.
2. Hukum kita mulai memperlihatkan keberadaanya yang berada pada titik yang cukupn menghawatirkan, ketika KPK yang pada kepemimpinan periode sekarang ini sebenarnya cukup di perhitungkan oleh banyak pihak, nyatanya justru menunjukkan wibawa dan posisi yang lebih memilukan, berbagai dugaan mulai bermunculan, dari ditunggangi KPK sampai pada pembiayaan KPK yang dipertanyakan.
3. Kasus yang melibatkan petinggi PKS dimainkan dengan cara yang berbeda dari kasus-kasus kebanyakan yang sudah ada sebelumya, lihat saja dari kasus pejabat ataupun anggota partai, yang masih menjadi saksi atau yang sudah menjadi tersangka, apakah perlakuannya serentak sama dengan apa yang dialami oleh PKS sekarang ini?.
4. Media bermain dengan cara yang sangat masif dan seakan terorganisir untuk memberitakan kasus LHI dengan berbagai macam cara dan sudut pandang. Jika mau lebih jujur, hampir semua tuduhan dan pemberitaan media tersebut hanyalah issu-gosip-isapan jempol-dan kemudian menjadi permainan media semata.
5. Terakhir yang bisa saya sampaikan dalam tulisan kali ini adalah, pergulatan politik. Dalam hal ini tentu banyak pihak yang menilai bahwa kasus LHI semakin digemboskan demi pencapaian dalam 2014 akan datang, namun yang menjadi “lucu” adalah permainan kotor yang dijalankan oleh mereka yang sengaja menjalankan cerita ini sampai keakar-akarnya. Manusia dihina sampai pada titik terendah hanya karena mereka yang memiliki sebuah power yang disebut dengan kekuasaaan. Demi sebuah hawa nafsu yang sudah menutupi akal mereka, yang tidak ada menjadi ada, yang tidak memiliki korelasi dibuat menjadi satu-kesatuan, dan lainnya demi sebuah nama KEPENTINGAN semata.
Dari tulisan singkat diatas, kita bisa belajar dari kasus yang terjadi di Mesir belakangan ini, jika bisa diminta suatu penjelasan kongkrit yang jujur, maka apa dosa Mursi sehingga kudeta yang tidak berdasar tersebut bisa terjadi?, hanya dengan ratusan orang, dibanding ribuan pendukung Mursi, kudetapun terjadi, hal tersebut tidak akan berjalan jika tidak di tunggangi oleh “raja-raja kelaparan dunia”. Mungin akan panjang perdebatannya, hanya saja itulah kejamnya sebuah fitnah, jika digambarkan seperti sebuah masakan yang tawar, yang jika semakin diberi bumbu pelengkap maka akan semakin enak rasanya, sayangnya rasa enak tersebut bukan sejatinya enak untuk dinikmati oleh lidah semua orang, tapi enaknya tersebut hanya bagi mereka para penyebar fitnah yang ingin menggulingkan seseorang karena ketakutan kehadirnnya ditengah-tengah masyarakat.
Kembali pada PKS banyak sudah tulisan saya sebelumnya yang menjelaskan tentang hal tersebut, namun waktu jua yang akan menentukan, jika LHI salah maka hukumlah secara individu tanpa membawa-bawa orang atau pihak lain yang tidak tau-menau, tapi jika LHI tak bersalah maka inilah hukum negara kita, KPK yang sudah diimpikan menjadi pendobrak penegakkan hukum, khusunya kepemimpinan pada periode ini yang diharapkan banyak kalangan, toh ternyata, kekuaasan dan ketakutan pada orang lainlah yang membuat KPK tunduk dan menjadi memalukan.(Wmy Hajar Abra/Kompasiana)
Awalnya saya mengira bahwa paling beritanya tentang apalah gitu, Century atau lainnya, ternyata ketika melihat isi ruangan ada beberapa orang-orang PKS, spontan saja saya langsung mantengin aja tuh tivi. Ternyata benar, temanya berkaitan dengan eksepsi LHI.
Sedikit kaget memang, kok yah PKS lagi PKS lagi, tapi ketika mengingat “perlakuan KPK” terhadap PKS, maka sudah sepantasnya judul ini dikemukaan, mengingat pentingnya PKS berargumen atas pandangan masyarakat terhadap yang telah terjadi belakangan ini.
Walau sedikit terlambat, tapi cukup menarik perhatian ketika yang berbicara adalah Fahri Hamzah, selepas FH berbicara kemudian disambungkan oleh kawan seperjuangannya disisi sebelah kanan, setelah kedua kader PKS tersebut berargumentasi dengan cukup panjang, tegas, dan argumentatif, Karni pun memotong untuk komersial break, namun yang jauh lebih mengagetkan adalah, pernyataaan singkat dari bos besar ILC itu sendiri, Karni mengatakan entah dengan spontan atau memang dari dari hati terdalamnya yakni, “hebat-hebat ini orang PKS”, tentu hal tersebut menjadi “gimik” yang tidak mudah dibiarkan begitu saja, artinya gimik tersebut akan melekat dan diingat oleh beberapa penonton lainnya, nyatanya beberapa detik dan menit kemudian gimik tersebut telah menjadi perbincangan tersendiri di media sosial twitter.
Pada saat FH berargumen, kamera sering juga men”shot” wajah dari Johan Budi, gambar tersebut di gabungkan dalam layar menjadi satu frame, dan jika kita melihat, maka begitu meradangnya wajah Johan Budi dengan tatapan yang cukup memiliki makna tersendiri.
Atas kasus PKS dan KPK belakangan ini, maka ada beberapa hal yang menjadi point penting dalam pandangan saya, yakni:
1. Negara ini negara hukum,, yang tentunya berjalan atas koridor hukum, banyak aturan main didalamnya, yang tidak bisa dilanggar dan dijalankan dengan kemauan tafsir kita sendiri.
2. Hukum kita mulai memperlihatkan keberadaanya yang berada pada titik yang cukupn menghawatirkan, ketika KPK yang pada kepemimpinan periode sekarang ini sebenarnya cukup di perhitungkan oleh banyak pihak, nyatanya justru menunjukkan wibawa dan posisi yang lebih memilukan, berbagai dugaan mulai bermunculan, dari ditunggangi KPK sampai pada pembiayaan KPK yang dipertanyakan.
3. Kasus yang melibatkan petinggi PKS dimainkan dengan cara yang berbeda dari kasus-kasus kebanyakan yang sudah ada sebelumya, lihat saja dari kasus pejabat ataupun anggota partai, yang masih menjadi saksi atau yang sudah menjadi tersangka, apakah perlakuannya serentak sama dengan apa yang dialami oleh PKS sekarang ini?.
4. Media bermain dengan cara yang sangat masif dan seakan terorganisir untuk memberitakan kasus LHI dengan berbagai macam cara dan sudut pandang. Jika mau lebih jujur, hampir semua tuduhan dan pemberitaan media tersebut hanyalah issu-gosip-isapan jempol-dan kemudian menjadi permainan media semata.
5. Terakhir yang bisa saya sampaikan dalam tulisan kali ini adalah, pergulatan politik. Dalam hal ini tentu banyak pihak yang menilai bahwa kasus LHI semakin digemboskan demi pencapaian dalam 2014 akan datang, namun yang menjadi “lucu” adalah permainan kotor yang dijalankan oleh mereka yang sengaja menjalankan cerita ini sampai keakar-akarnya. Manusia dihina sampai pada titik terendah hanya karena mereka yang memiliki sebuah power yang disebut dengan kekuasaaan. Demi sebuah hawa nafsu yang sudah menutupi akal mereka, yang tidak ada menjadi ada, yang tidak memiliki korelasi dibuat menjadi satu-kesatuan, dan lainnya demi sebuah nama KEPENTINGAN semata.
Dari tulisan singkat diatas, kita bisa belajar dari kasus yang terjadi di Mesir belakangan ini, jika bisa diminta suatu penjelasan kongkrit yang jujur, maka apa dosa Mursi sehingga kudeta yang tidak berdasar tersebut bisa terjadi?, hanya dengan ratusan orang, dibanding ribuan pendukung Mursi, kudetapun terjadi, hal tersebut tidak akan berjalan jika tidak di tunggangi oleh “raja-raja kelaparan dunia”. Mungin akan panjang perdebatannya, hanya saja itulah kejamnya sebuah fitnah, jika digambarkan seperti sebuah masakan yang tawar, yang jika semakin diberi bumbu pelengkap maka akan semakin enak rasanya, sayangnya rasa enak tersebut bukan sejatinya enak untuk dinikmati oleh lidah semua orang, tapi enaknya tersebut hanya bagi mereka para penyebar fitnah yang ingin menggulingkan seseorang karena ketakutan kehadirnnya ditengah-tengah masyarakat.
Kembali pada PKS banyak sudah tulisan saya sebelumnya yang menjelaskan tentang hal tersebut, namun waktu jua yang akan menentukan, jika LHI salah maka hukumlah secara individu tanpa membawa-bawa orang atau pihak lain yang tidak tau-menau, tapi jika LHI tak bersalah maka inilah hukum negara kita, KPK yang sudah diimpikan menjadi pendobrak penegakkan hukum, khusunya kepemimpinan pada periode ini yang diharapkan banyak kalangan, toh ternyata, kekuaasan dan ketakutan pada orang lainlah yang membuat KPK tunduk dan menjadi memalukan.(Wmy Hajar Abra/Kompasiana)
Posting Komentar