Lahir di Damaskus Suriah, sekitar 1304 M - Wafat di Damaskus, Suriah sekitar 1375 M |
Oleh: Asqarini*
Ibnu As-Satir merupakan seorang astronom Arab yang terkenal yang hidup di zaman Islam periode abad pertengahan. Karya-karya Aa-Satir ditransmisikan ke Eropa dan digunakan oleh astronom Renaissance. Perumusan Matematika Ibnu Al-Sathir kemudian dipercaya menjadi pondasi perumusan Matematika Copernikus dalam teori Heliosentrisnya.
Ala Al-Din Abul Hasan Ali bin Ibrahim bin al-Satir (1304 – 1375 M) adalah seorang Astronom Muslim Arab, Matematikawan, Insinyur, Seniman dan Penemu yang bekerja sebagai Muqawwit (Penentu waktu shalat) di Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Ia merupakan salah satu ilmuwan astoromi yang paling bergengsi di abad ke 14. Seperti sebagian besar rekan-rekannya Ia merupakan seorang Polymath (ahli dalam beragam ilmu pengetahuan). Ia hidup di abad ke 14, di wilayah yang saat ini bernama Suriah.
As-Satir merupakan anak yatim piatu saat kecil dan diasuh oleh kakeknya yang kemudian menyerahkannya kepada pamannya. Saat ia cukup dewasa, dan setelah memiliki sejumlah uang, ia berkelana ke Mesir. Di negeri piramid itu ia mempelajari Matematika dan astronomi tepatnya di kota Kairo dan Alexandria
Sebagai Muwaqqit (tahun 1360-1375), Ibnu As-Satir bertanggung jawab mengurus perundangan/ peraturan dari astronomi yang menentukan waktu shalat, meskipun ada anggapan bahwa penentuan waktu shalatnya dianggap kurang signifikan dibandingkan koleganya Khalili. Namun, ia tetap memperbaiki konsep penentuan shalat lima waktu (berdasarkan pergerakan dari matahari, bulan, dan bintang). Ia pun menyesuaikan Kalender/ Penanggalan Islam yang didasarkan pada perhitungan Bulan, bukan Matahari. Ibnu as-Satir membangun jam matahari yang megah untuk menara masjid Umayyah di Damaskus.
Ia juga meneruskan tradisi dari Ibu As-Sarrah, menggunakan substansial yang canggih dalam desain instrumen astronomi, Namun kontribusinya yang paling berharga adalah teorinya mengenai planet.
Ibnu As-Satir melakukan pengamatan yang luas yang menunjukkan beberapa kontribusi teoretisnya, merancang dan membangun instrumen baru, dan membuat kontribusi mendalam atas dunia astronomi Islam. Model Planet Merkurius Ibnu al-Shatir, menunjukkan perkalian epicycle menggunakan teori At-Tusi (yang juga astronom muslim). Esensi dari teori planet ini jelas mengenai penghapusan deferent eksentrik dan equant dengan epicycle sekunder yang digunakan sebagai pengganti model Ptolemeus.
Dari pengalamannya di dunia astronominya, Ia menulis buku yang merombak habis buku teorri Geosentris Ptolomeus (kendati belum beranjak dari teori tersebut), tetapi secara matematis, As-Satir memperkenalkan adanya epicycle yang rumit (sistem lingkaran dalam lingkaran). Di dalam gambar tersebut Al-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak Merkurius jika Bumi menjadi pusat alam semestanya.
A Zij, Tabel Perhitungan
Ibnu As Satir diketahui memulai penelitiannya di bidang astronomi planet dengan mempersiapkan Zij, buku pedoman astronomi dengan table-tabel. Karya ini, yang didasarkan oleh teori planet Ptolemaic yang ketat, tidak berhasil. Pada risalah lainnya yang berjudul Taʿlīq al‐arṣād (Comments on observations), ia mendeskripsikan observasi dan prosedur yang telah dikonstruksikan olehnya dengan model planetari dan menurunkan parameter baru.
Tidak ada salinan dari risalah tersebut yang diketahui ada pada sumber mansukrip. Setelahnya, dalam Nihāyat al‐suʾl fī taṣḥīḥ al‐uṣūl (Risalah final berkaitan dengan rektifiksai dari teori planet), Ibnu Al- Shatir merepresentasikan alasan di balik model planetnya yang baru . dan ini ternyata berhasil. Akhirnya, buku, al‐Zīj al‐jadīd miliknya (handbook astronomi yang baru), ada di dalam beberapa salinan manuskrip, yang mengandung satu set tabel planet berdasarkan teori baru dan parameternya.
Model Merkurius Ibnu As Satir
Meskipun sistemnya masih Geosentris —tapi ia tidak menggunakan konsep equant dan eksentrik Ptolemaik— rincian sistem matematisnya meliputi para ilmuwan dalam karya De revolutionibus-nya Copernicus, yang tetap mempertahankan eksentrik Ptolemeus. Model Lunar Copernicus ini identik dengan model lunar As-Satir.
Dalam model planetnya, Ibnu As- Satir menggunakan modifikasi yang beragam dan lebih canggih dari model Ptolemy. Juga, dengan model teori geosentriknya, sama dengan yang kemudian nantinya digunakan oleh Nikolas Copernicus.
Konsep Planet yang “Ditiru” Copernicus
Teori Planet Ibu As-Satir diteliti pertama kali di tahun 1950, dan ditemukan bahwa modelnya identik secara matematis seperti yang digunakan Copernicus, yang menimbulkan pertanyaan penting atas transmisi yang mungkin terjadi pada pengembangan teori mengenai planet di Eropa. Copernicus memang menggunakan dasar Teori Planet As-Satir, untuk mengembangkan teori heliosentrisnya.
Sejak itu, pertanyaan tersebut menjadi subyek bahasan beberapa penelitian. Tapi, penelitian mengenai As Satir nantinya memberikan peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap teori planet di dunia Islam atau Eropa, masih dalam tahap awal. Bagaimanapun juga, model Merkurius Copernicus aslinya merupakan milik Ibnu As Satir. Diduga Copernicus terlihat masih kurang memahami konsep tersebut dengan baik.
Menurut para pakar sejarah astronomi, terdapat keserupaan ide Matematika antara buku Copernicus yang berjudul Revolutinibus, dengan sebuah buku yang pernah ditulis sebelumnya oleh seorang ilmuwan Arab. Buku ini ditulis sekitar seratus tahun sebelum zaman Copernicus oleh Ibnu As-Satir (1304-1375 M). Judul bukunya Kitab Nihayat Al sul Fi Tahsih al Usul.
Noel Swerdlow berpendapat pada “Komentar atas karya Copernicus” bahwa model Merkuriusnya keliru, dan bahwa pemodelan Planet tersebut merupakan milik Ibnu As-Satir, menjadi bukti yang paling kuat bahwa Copernicus secara total meniru habis-habisan karya Ibnu As-Satir tanpa memahami dengan baik apa yang ditulisnya (Menyalin tanpa pemahaman penuh dari sumber lain).
Semua ini menunjukkan bahwa model Ibnu Al-Shatir kemungkinan memang secara tidak langsung mempengaruhi Copernicus dalam membentuk Model Heliosentriknya. Bagaimana Copernicus bisa mengetahui karya/konsep As-Satir secara persis memang belum diketahui. Akan tetapi ada beberapa petunjuk bahwa adanya perantara dari pihak pertama atau kedua.
Karya Ibnu As-Satir
Risalah astronominya yang paling penting adalah Kitab nihayat al-sul fi tashih al-usul ( The Final Quest Concerning the Rectification of Principles). Karyanya itu secara drastis mereformasi model Ptolemaik (tentang Matahari, bulan dan planet). Sementara model-model sekolah Maragha sebelumnya hanya seakurat model Ptolemaik, model Geometris Ibnu As-Satir adalah yang pertama dan benar-benar lebih baik dibandingkan dengan model Ptolemeus (dari segi kesepakatan atas teori kontemporer dan pengamatan empiris nya).
Dengan demikian pengaruh Ibnu As- Satir,dalam astronomi Islam di kemudian hari, sangatlah luas, tetapi, sejauh yang kita tahu, tidak berdampak. Di sisi lain, kemunculan kembali model planet Ibnu As-Satir di dalam tulisan-tulisan Copernicus, (terutama model planet Merkurisnya yang disalahpahami Copernikus), merupakan bukti yang jelas transmisi dari beberapa rincian model planetnya.
Daftar Pustaka:
1. http://albabblog.blogspot.com/2011/02/manuscript-of-ibn-al-shatir.html
2. http://islamsci.mcgill.ca/RASI/BEA/Ibn_al-Shatir_BEA.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_al-Shatir
3. http://ikamnismada.blogspot.com/2012/03/ibnu-al-shatir-ilmuwan-astronomi-islam_03.html
4. Anton Ramdan, Islam dan Astronomi, 2009. Bee Media Indonesia.
*Asqarini Santri Majelis Jurnalistik Jakarta Angkatan 2013
Posting Komentar