Kamis, 27 Juni 2013

Home » » Dika Restiyani: Menjadi Miss Muslimah Beauty, Jawaban akan Kerinduan pada Allah

Dika Restiyani: Menjadi Miss Muslimah Beauty, Jawaban akan Kerinduan pada Allah

Menjadi muslimah sejati, mungkin itu awal mula pemikiran yang melandasi adanya ajang Miss Muslimah Beauty.


Ajang yang diadakan pertama kali pada tahun 2011 itu baru saja mendapatkan dua muslimah cantik yang diharapkan menjadi role model bagi muslimah muda di Indonesia.

Adalah Dika Restiyani yang akrab dipanggil Resty ini menjadi Miss Muslimah Beauty pertama. Wajahnya yang cantik, akhlaknya yang insya Allah terpuji, pandai membaca Al-Quran, peduli terhadap sesama, serta aktif dan energik ini memiliki cerita tersendiri akan pengalamannya sebagai seorang muslimah.

Ditemui di rumahnya di kawasan Pondok Gede, Bekasi, Resty  menceritakan pengalamannya setelah terpilih sebagai Miss Muslimah Beauty. Sebelumnya, gadis bungsu dari tiga bersaudara ini tak pernah menyangka akan menjadi seorang “miss”. Ikut ajang seperti ini pun hanya berbekal iseng. Memang sih ada niat kuat ketika ia tahu bahwa ajang Miss Muslimah Beauty ini berhadiah utama pergi umroh untuk dua orang.

Keinginan itulah yang membawa Resty menjadi Miss Muslimah Beauty pertama di Indonesia. Setelah sebelumnya ikut audisi online, Resty masuk top 50 dari 170 peserta. Dari 50 besar itu, Resti diharuskan tes membaca Al-Quran, namun kendalanya adalah ia masih berada di negeri Singapura untuk berkuliah. Panitia memberi keringanan, yaitu Resty hanya wajib mengirimkan video mengajinya.

Tanpa disangka, ia berlanjut lolos ke babak 10 besar. Di babak inilah ia mendapatkan banyak pengalaman yang mengubah hidupnya.

Diawali kebingungannya untuk membolos kuliah di Singapura, Resty pun berangkat ke Jakarta untuk ikut karantina Miss Muslimah Beauty. Dalam proses karantina inilah Resty dan kawan-kawan mendapatkan banyak ilmu. Bukan ilmu permodelan seperti yang dipikirkan sebelumnya, Resti justru mendapat ilmu agama yang membukakan matanya. Karena ia terbiasa dengan ilmu ekonomi kapitalis ala barat, Resty takjub kala di karantina mendapatkan ilmu ekonomi syariah. Ia sadar, ternyata ekonomi syariahlah yang bisa menyelamatkan perekonomian dunia.

Ilmu syariah inilah yang mengubah total usaha yang digeluti Resty selama ini. Usahanya yang berbasis syariah pun membuatnya tambah tenang karena dijalankan sesuai dengan tuntunan agama.

Tak hanya ilmu syariah yang Resty dapatkan di karantina. Ia pun merasa bahagia karena pengalamannya itu justru lebih mendekatkannya pada Sang Maha Pencipta. Bagaimana tidak, para finalis Miss Muslimah Beauty dibangunkan untuk mengikuti shalat tahajud. Hal ini jadi pengalaman baru bagi Resty, namun berdampak luar biasa. Baginya, di tempat itulah ia merasa dibukakan pintu hidayah dan kesadaran bahwa Allah begitu mencintainya. Ia jadi semakin kuat memegang teguh tekadnya untuk jadi muslimah yang baik.



“Pengalaman di Singapura, muslimnya sedikit, tahu waktu shalat itu dari HP. Sedih banget, sholat sendiri, terasa kering banget,” tutur Resty mengenang kisahnya semasa kuliah di Singapura.

“Ikut Miss Muslimah Beauty ini seolah-olah menjawab kerinduan aku pada Allah. Pada saat ikut karantina, dibangunkan jam 3 pagi untuk shalat tahajud itu bukannya kesal, tapi malah senang, mandi, pakai parfum, seperti lebih dari mau ketemu pacar, heboh sendiri. Inilah yang tak ditemui di Singapura, bahwa mengaji bareng, shalat bareng, itu tidak ada. Individualis banget,” ucapnya bersemangat.

Berbeda dengan kontes-kontes semacam beauty pageant lainnya, Miss Muslimah Beauty ternyata tak menonjolkan kecantikan fisik semata. Inner beauty seorang muslimah-lah yang dilihat. Kemampuannya membawakan diri, membaca ayat-ayat suci Al-Quran, dan merepresentasikan seorang muslimahlah yang menjadi penilaian utama, bukannya berjalan berlenggak-lenggok di atas catwalk.

Walau memang bukan di ajang ini ia memutuskan untuk total berjilbab, namun sebagai pribadi yang berjilbab ia benar-benar rasakan setelah ia menjuarai ajang Miss Muslimah Beauty ini. Gadis bermata cokelat ini berkisah bahwa ia sudah mantap berjilbab kala menginjak bangku SMP. Tepat sehari setelah ia menjuarai lomba band, ia seolah-oleh mendapat “bisikan” untuk mantap berjilbab.

Tak mudah jalan untuk menjadi sosok sesuai tuntutan agama. Resty kecil mendapatkan cemoohan dan rentetan pertanyaan akan keputusannya berjilbab, namun dengan sabar Resty menjalani semua itu dengan lapang dada. “Tak apalah sedikit kepanasan di dunia, asal tak kepanasan di akhirat nanti,” begitu kata Resty kala ada temannya yang mengeluhkan panasnya jika memakai jilbab.

“Banyak yang meledek saya seperti ibu RT lah, ibu-ibu pengajian lah, saya terima dengan lapang dada, diaminkan saja kala ada yang bilang ibu haji. Tapi ternyata beberapa waktu setelah saya pakai jilbab, di sekolah banyak juga yang mengikuti memakai jilbab, alhamdulillah,” ungkap dara kelahiran Januari 1988 ini.

Alhamdulillah, keputusan dan kemantapan hatinya membawa gadis lulusan S1 manajemen bisnis ini menjadi sosok seperti sekarang. Pernah ia mendapat permintaan untuk mencopot jilbab di ajang Abang-None Jakarta. Dengan lembut, Resty menolaknya. Baginya, tak apa tak menang kontes itu asalkan dirinya tak melepas jilbab seperti yang diminta panitia.

Gara-gara jilbab, Resty mendapat kesempatan “jalan-jalan” ke Paris, Prancis, untuk menjadi “duta” baju muslimah. Ditemani 12 perancang busana Indonesia, Resty memperkenalkan jilbab dan busana muslimah Indonesia pada khalayak dunia. Tak dinyana, “bule Prancis” pun terpesona pada kecantikan yang dipancarkan busana yang dikenakan Resty. Dan ketika ada seorang bule yang membeli salah satu gaun yang dipakai Resty adalah seorang nonmuslim, menjadi penyemangat Resty bahwa busana muslimah dan segala keindahan Islam bisa diterima siapa saja.

Tak hanya jadi duta fashion muslim Indonesia, mahasiswi Nanyang Technological University, Singapura ini pun menjadi duta halal dan syariah. Ia banyak memberikan sosialisasi produk-produk halal pada masyarakat. Bagaimana cara yang baik memilih produk makanan-minuman yang halal, maupun usaha jasa yang juga “halal”.

“Termasuk pengobatan yang syariah. Misalnya madu, saya imbau masyarakat ‘kalau sakit, mendingan minum madu saja daripada obat-obatan kimia’,“ katanya.

“Jangan pakai jilbab untuk fashion. Jilbab itu adalah bentuk komitmen kita pada Allah. Jangan sampai dicopot-pakai, dan jangan pernah mempermainkan perintah Allah,” begitulah pesan yang disampaikan sang Ibunda pada Resty, yang juga menjadi pesan bagi para muslimah yang hingga kini masih belum mantap berjilbab.


Biodata:

Nama                : Dika Restiyani

Lahir                 : Jakarta, 18 Januari 1988

Pendidikan        :

-Sarjana Ekonomi, Manajemen Bisnis, Universitas Bakrie

-International Political Economy, Nanyang Technological University, Singapura.

Pengalaman      :

-Asisten Direktur China Oil and Gas Company (CNOOC)

-Finalis None DKI Jakarta 2010, Perwakilan Jakarta Timur

-Muslimah Beauty 2011, Muslimah Beauty Foundation


Sumber: Muzakki.com
Share this article :

Posting Komentar