Semangat mempelajari Al-Quran yang ditandai dengan perkembangan fisik berupa pendirian lembaga-lembaga, sudah saatnya dilengkapinya dengan perangkat lunak (software) atau metode yang tepat. Hal ini untuk mempercepat akselerasi terwujudnya generasi Qurani menuju Indonesia Berakhlak Mulia
Oleh : Haji Mas Agung
Hidup ini ibarat perang, harus dihadapi dengan sikap yang cepat dan tepat. Untuk mencapai tujuan dengan cepat, tepat, dan selamat, diperlukan strategi yang jitu. Penulis teringat strategi Rasulullah saw dalam perang Khandak. Strategi brilian atas usulan Sahabat Salman Al Farisi. Alhamdulillah, dengan strategi jitu, akhirnya tercapai kemenangan gemilang untuk kaum mukminin.
Hidup adalah pilihan. Pilihan-pilihan itu pada akhirnya akan melahirkan suatu tindakan konkrit. Perlu langkah-langkah prioritas: penting atau tidak penting dan mana yang harus didahulukan atau malah harus ditinggalkan. Dalam bahasa agama (bac: fiqih) disebut dengan wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
Menuju Indonesia Berakhlak Mulia
Para pakar baik dari ilmu agama maupun ilmu manajemen atau ekonom dan lainnya memprediksi –dan berharap— Indonesia menjadi salah satu raksasa dunia dalam perekonomian. “Indonesia Emas”, Indonesia yang dihuni generasi Qurani dengan akhlak mulia. Cita-cita ini adalah suatu tujuan luhur, tujuan yang mulia, yang harus diperjuangkan bersama. Harus dengan sekuat tenaga, harta, cara-cara yang cerdas dan hati yang ikhlas untuk mencapai cita-cita itu.
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia bahasa keseharian rakyat Indonesia. hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk merealisasikan cita-cita, “Indonesia Berakhlak Mulia.” Untuk membentuk generasi Qur’ani tidak akan terlepas dari kemampuan berbahasa Arab. Kemampuan berbahasa Arab sangat diperlukan mutlak untuk menggali sumber peradaban yaitu Al Qur’an al-Karim.
Secara ringkas kemampuan berbahasa meliputi : mendengar, mengucap, menirukan , menulis, membaca, memahami kata, menyusun/mengurai kalimat, memahami kalimat, menerjemah, mengarang, menafsir dan mengajarkan.
Alhamdulillah, Indonesia dianugerahi dengan ulama-ulama sepuh dan ulama muda yang penuh perhatian kepada perkembangan akhlak umat Islam. Seperti: KH Abdullah Gymnastiar (yang biasa dipanggil Aa Gym) dengan pendekatan; Mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, mulai saat ini juga. Ustadz Arifin Ilham dengan pendekatan; Zikir yang menyejukkan hati. Ustadz Bahtiar Natsir dengan Al-Quran Learning Center nya. KH Yusuf Mansur dengan Power of Giving dan One Day One Ayat (Tahfidz) secara masal. Meski belum pernah ditanya satu persatu, Penulis yakin mereka berbuat untuk cita-cita yang sama, untuk Indonesia Berakhlak Mulia.
Betapa gembira melihat kenyataan pada Kamis, 4 April 2013, KH Yusuf Mansur mampu mengumpulkan dan mewisuda tujuh puluh ribu penghafal Al-Quran di Gelora Bung Karno. Tak terasa mata yang tertuju, lisan yang membisu dan hati yang takjub atas kehendak Allah ini, mulai bersatu seraya berdoa:
“Ya Allah…. Jadikan ini pertanda baik bagi bangsa ini menuju Indonesia Berakhlak Mulia. Ditengah hiruk pikuk permasalahan korupsi seperti yang kami tonton di televisi maupunkami baca media cetak dan online lainnya. Ditengah musibah yang tak kunjung reda bencana alam dan bencana sosial. Ya Allah .... tetapkan hati ini untuk optimis. Yakin, bahwa semakin dekat dengan generasi Qurani yang dicita-citakan. Generasi Indonesia yang berakhlak mulia”.
Urgensi Memahami Al-Quran
Bak jamur dimusim hujan tumbuhnya masjid, rumah tajwid, rumah tahfidz, Quran Learning Center. Sungguh sangat membanggakan hati, karena kami bagian dari umat islam. Namun sedikit mengganjal dalam hati, sudahkah gerakan ini mampu menjawab seluruh tantangan zaman?
Menurut Imam Masjid Nabawi Syaikh Saad al-Ghamadi dalam wawancaranya menyatakan “Bagaimanapun memahami al-Quran jauh lebih penting dibanding menghafal,karena memahami al-Quran wajib, menghafal al-Quran sunnah”.
Beliau melanjutkan, Al-Quran adalah sumber membangun peradaban mulai dari aqidah, politik, perekonomian, sosial dan budaya. “Eksplorasi keagungan Al-Quran itu hanya bisa ditempuh dengan pemahaman yang baik dan benar”. (dialog Jumat Republika, 5/4/2013)
Hati kecil ini membatin, alangkah indahnya dan luar biasa nya, apabila tujuh puluh ribu penghafal Quran ini dan para penghafal lainnya, dibuka hatinya oleh Allah SWT untuk mengamalkan nasihat Imam Masjid Nabawi, Madinah Syaikh Saad al-Ghamadi. Mereka menyempurnakan hafalan dengan pemahaman atas ayat-ayat yang dihafalnya, kemudian menjadi pengajar Tahfidz (hafal) dan Tafhim (faham) bagi umat yang lain (dialog Jumat Republika, 5/4/2013).
Bukankah kemuliaan manusia dihadapan Allah SWT telah dijanjikan “Khoirukum Man ta’allamal Quran wa ‘allamahu” sebaik-baik kalian, orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya. Insya Allah mereka akan menjadi ahli zikir dan ahli fikir yang handal untuk kemajuan bangsa, negara dan agamanya.
Mustaqilli, Strategi Memahami Al-Quran
Kemudian pertanyaannya adakah metode untuk memahami bahasa Alquran (arab) yang mudah, cepat dan akurat untuk mengakselerasi pertumbuhan “Tafhimul Quran” di Indonesia? Subhanallah, Maha Suci Allah, Yang Maha Tahu segala kebutuhan makhluknya.
Allah SWT mengilhamkan kepada seorang ustadz muda, H. A. Shahib Khaironi, SAg, Lc (40 thn), yang menghabiskan masa mudanya di Pesantren Lirboyo dan selama tujuh tahun di Universitas tertua di dunia, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir untuk menuli sebuah metode pembelajaran. Dengan izin Allah Yang Maha Tinggi memilihnya untuk menulis metode pembelajaran bahasa Arab bagi “non-Arabic” (bukan orang Arab). Metode ini diberi nama, “Mustaqilli” (artinya : Mandiri). Nama ini sesuai semangatnya, umat Islam harus mampu memahami kitab sucinya secara mandiri.
Mustaqill, karya ini dirangkum dalam dua buku “Audhohul Manahij” (versi Arab-Inggris) yang telah terbukti mendapat apresiasi umat islam di Amerika Serikat dan Iran. Kemudian beliau kembali ke Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam mecerdaskan umat, yang kemudian termasuk tokoh muda yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Indonesia (Depag,2009), tentu saja penghargaan ini bukan satu tujuan. Tapi, yang membanggakan dia apabila “Tahfimul Quran” menjadi tradisi umat islam Indonesia.
Para pakar keilmuan dibidangnyapun mengakui karya besar ulama muda ini, yang saat ini sudah berhasil menulis 12 buku dalam bahasa Arab. Berikut kami cuplik komentar, Prof. Dr. Wahbah Musthafa Az-Zuhaily, Ulama dan Pakar Fiqih Dunia, Kairo, Mesir, “Buku ini merupakan karya dari seorang yang mempunyai pengetahuan mendalam dalam bahasa Arab dengan metodenya, ia menjadikan tata bahasa Arab yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami.”
Kemudian pendapat lain dari Syaikh Dr. Basyiri Abdul Mu’thy- Pakar Bahasa Arab dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir , “Saya adalah orang Arab yang belum pernah melihat kitab mu’jam Nahwu Shorof yang paling mudah dipahami yang ditulis oleh seorang yang bukan Arab, padahal orang Arab sendiri belum ada atau belum pernah menulis dengan metode seperti ini sampai dengan saat ini.”
Sebagai penutup, sudah cukup banyak infrastruktur fisik, perangkat keras (hardware) yang disiapkan oleh umat, Lembaga dan pemerintah tentunya, seperti : masjid, panti, rumah tajwid, rumah tahfidz, pesantren, lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Menurut penulis, saatnya berbenah untuk melengkapinya dengan perangkat lunak (software). Harus ada metode jitu untuk mengakselerasi tercapai generasi Qurani menuju Indonesia Berakhlak Mulia melalui “Tafidzul Quran wa Tafhimul Quran”.
Cita-cita luhur ini akan tercapai apabila dilandasi kelapangan hati, keluhuran budi, kerendahan hati dari semua pihak dan peran masing-masing ulama. Begitu juga peran Pemerintah tentunya akan menjadi episentrum perubahan menuju Indonesia Berakhlak Mulia. Insya Allah!
Info Lebih Lanjut Hubungi: Ary Syardy 0878 8268 2690
Atau Klik: Yayasan Mustaqilli
Oleh : Haji Mas Agung
Hidup ini ibarat perang, harus dihadapi dengan sikap yang cepat dan tepat. Untuk mencapai tujuan dengan cepat, tepat, dan selamat, diperlukan strategi yang jitu. Penulis teringat strategi Rasulullah saw dalam perang Khandak. Strategi brilian atas usulan Sahabat Salman Al Farisi. Alhamdulillah, dengan strategi jitu, akhirnya tercapai kemenangan gemilang untuk kaum mukminin.
Hidup adalah pilihan. Pilihan-pilihan itu pada akhirnya akan melahirkan suatu tindakan konkrit. Perlu langkah-langkah prioritas: penting atau tidak penting dan mana yang harus didahulukan atau malah harus ditinggalkan. Dalam bahasa agama (bac: fiqih) disebut dengan wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
Menuju Indonesia Berakhlak Mulia
Para pakar baik dari ilmu agama maupun ilmu manajemen atau ekonom dan lainnya memprediksi –dan berharap— Indonesia menjadi salah satu raksasa dunia dalam perekonomian. “Indonesia Emas”, Indonesia yang dihuni generasi Qurani dengan akhlak mulia. Cita-cita ini adalah suatu tujuan luhur, tujuan yang mulia, yang harus diperjuangkan bersama. Harus dengan sekuat tenaga, harta, cara-cara yang cerdas dan hati yang ikhlas untuk mencapai cita-cita itu.
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia bahasa keseharian rakyat Indonesia. hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk merealisasikan cita-cita, “Indonesia Berakhlak Mulia.” Untuk membentuk generasi Qur’ani tidak akan terlepas dari kemampuan berbahasa Arab. Kemampuan berbahasa Arab sangat diperlukan mutlak untuk menggali sumber peradaban yaitu Al Qur’an al-Karim.
Secara ringkas kemampuan berbahasa meliputi : mendengar, mengucap, menirukan , menulis, membaca, memahami kata, menyusun/mengurai kalimat, memahami kalimat, menerjemah, mengarang, menafsir dan mengajarkan.
Alhamdulillah, Indonesia dianugerahi dengan ulama-ulama sepuh dan ulama muda yang penuh perhatian kepada perkembangan akhlak umat Islam. Seperti: KH Abdullah Gymnastiar (yang biasa dipanggil Aa Gym) dengan pendekatan; Mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, mulai saat ini juga. Ustadz Arifin Ilham dengan pendekatan; Zikir yang menyejukkan hati. Ustadz Bahtiar Natsir dengan Al-Quran Learning Center nya. KH Yusuf Mansur dengan Power of Giving dan One Day One Ayat (Tahfidz) secara masal. Meski belum pernah ditanya satu persatu, Penulis yakin mereka berbuat untuk cita-cita yang sama, untuk Indonesia Berakhlak Mulia.
Betapa gembira melihat kenyataan pada Kamis, 4 April 2013, KH Yusuf Mansur mampu mengumpulkan dan mewisuda tujuh puluh ribu penghafal Al-Quran di Gelora Bung Karno. Tak terasa mata yang tertuju, lisan yang membisu dan hati yang takjub atas kehendak Allah ini, mulai bersatu seraya berdoa:
“Ya Allah…. Jadikan ini pertanda baik bagi bangsa ini menuju Indonesia Berakhlak Mulia. Ditengah hiruk pikuk permasalahan korupsi seperti yang kami tonton di televisi maupunkami baca media cetak dan online lainnya. Ditengah musibah yang tak kunjung reda bencana alam dan bencana sosial. Ya Allah .... tetapkan hati ini untuk optimis. Yakin, bahwa semakin dekat dengan generasi Qurani yang dicita-citakan. Generasi Indonesia yang berakhlak mulia”.
Urgensi Memahami Al-Quran
Bak jamur dimusim hujan tumbuhnya masjid, rumah tajwid, rumah tahfidz, Quran Learning Center. Sungguh sangat membanggakan hati, karena kami bagian dari umat islam. Namun sedikit mengganjal dalam hati, sudahkah gerakan ini mampu menjawab seluruh tantangan zaman?
Menurut Imam Masjid Nabawi Syaikh Saad al-Ghamadi dalam wawancaranya menyatakan “Bagaimanapun memahami al-Quran jauh lebih penting dibanding menghafal,karena memahami al-Quran wajib, menghafal al-Quran sunnah”.
Beliau melanjutkan, Al-Quran adalah sumber membangun peradaban mulai dari aqidah, politik, perekonomian, sosial dan budaya. “Eksplorasi keagungan Al-Quran itu hanya bisa ditempuh dengan pemahaman yang baik dan benar”. (dialog Jumat Republika, 5/4/2013)
Hati kecil ini membatin, alangkah indahnya dan luar biasa nya, apabila tujuh puluh ribu penghafal Quran ini dan para penghafal lainnya, dibuka hatinya oleh Allah SWT untuk mengamalkan nasihat Imam Masjid Nabawi, Madinah Syaikh Saad al-Ghamadi. Mereka menyempurnakan hafalan dengan pemahaman atas ayat-ayat yang dihafalnya, kemudian menjadi pengajar Tahfidz (hafal) dan Tafhim (faham) bagi umat yang lain (dialog Jumat Republika, 5/4/2013).
Bukankah kemuliaan manusia dihadapan Allah SWT telah dijanjikan “Khoirukum Man ta’allamal Quran wa ‘allamahu” sebaik-baik kalian, orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya. Insya Allah mereka akan menjadi ahli zikir dan ahli fikir yang handal untuk kemajuan bangsa, negara dan agamanya.
Mustaqilli, Strategi Memahami Al-Quran
Kemudian pertanyaannya adakah metode untuk memahami bahasa Alquran (arab) yang mudah, cepat dan akurat untuk mengakselerasi pertumbuhan “Tafhimul Quran” di Indonesia? Subhanallah, Maha Suci Allah, Yang Maha Tahu segala kebutuhan makhluknya.
Allah SWT mengilhamkan kepada seorang ustadz muda, H. A. Shahib Khaironi, SAg, Lc (40 thn), yang menghabiskan masa mudanya di Pesantren Lirboyo dan selama tujuh tahun di Universitas tertua di dunia, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir untuk menuli sebuah metode pembelajaran. Dengan izin Allah Yang Maha Tinggi memilihnya untuk menulis metode pembelajaran bahasa Arab bagi “non-Arabic” (bukan orang Arab). Metode ini diberi nama, “Mustaqilli” (artinya : Mandiri). Nama ini sesuai semangatnya, umat Islam harus mampu memahami kitab sucinya secara mandiri.
Mustaqill, karya ini dirangkum dalam dua buku “Audhohul Manahij” (versi Arab-Inggris) yang telah terbukti mendapat apresiasi umat islam di Amerika Serikat dan Iran. Kemudian beliau kembali ke Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam mecerdaskan umat, yang kemudian termasuk tokoh muda yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Indonesia (Depag,2009), tentu saja penghargaan ini bukan satu tujuan. Tapi, yang membanggakan dia apabila “Tahfimul Quran” menjadi tradisi umat islam Indonesia.
Para pakar keilmuan dibidangnyapun mengakui karya besar ulama muda ini, yang saat ini sudah berhasil menulis 12 buku dalam bahasa Arab. Berikut kami cuplik komentar, Prof. Dr. Wahbah Musthafa Az-Zuhaily, Ulama dan Pakar Fiqih Dunia, Kairo, Mesir, “Buku ini merupakan karya dari seorang yang mempunyai pengetahuan mendalam dalam bahasa Arab dengan metodenya, ia menjadikan tata bahasa Arab yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami.”
Kemudian pendapat lain dari Syaikh Dr. Basyiri Abdul Mu’thy- Pakar Bahasa Arab dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir , “Saya adalah orang Arab yang belum pernah melihat kitab mu’jam Nahwu Shorof yang paling mudah dipahami yang ditulis oleh seorang yang bukan Arab, padahal orang Arab sendiri belum ada atau belum pernah menulis dengan metode seperti ini sampai dengan saat ini.”
Sebagai penutup, sudah cukup banyak infrastruktur fisik, perangkat keras (hardware) yang disiapkan oleh umat, Lembaga dan pemerintah tentunya, seperti : masjid, panti, rumah tajwid, rumah tahfidz, pesantren, lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Menurut penulis, saatnya berbenah untuk melengkapinya dengan perangkat lunak (software). Harus ada metode jitu untuk mengakselerasi tercapai generasi Qurani menuju Indonesia Berakhlak Mulia melalui “Tafidzul Quran wa Tafhimul Quran”.
Cita-cita luhur ini akan tercapai apabila dilandasi kelapangan hati, keluhuran budi, kerendahan hati dari semua pihak dan peran masing-masing ulama. Begitu juga peran Pemerintah tentunya akan menjadi episentrum perubahan menuju Indonesia Berakhlak Mulia. Insya Allah!
Info Lebih Lanjut Hubungi: Ary Syardy 0878 8268 2690
Atau Klik: Yayasan Mustaqilli
Posting Komentar