“Israel tidak akan segan-segan untuk melakukan intervensi militer di Suriah membantu Basyar Asad,” katanya.
Sikap tegas Netenyahu ini disampaikan dua tahun setelah revolusi meletus di Suriah. Selama ini media Israel hanya menyatakan, elit Israel baik dari kubu politik dan militer ‘berdoa’ agar Asad tidak jatuh. Kini doa itu berubah menjadi kampanye yang diusungnya kepada sekutu-sekutunya di dunia internasional untuk mendukung rezim Basyar Asad. Inilah yang menafsirkan kenapa konflik di Suriah makin kompleks dan kenapa revolusi lambat untuk menang dalam jihad melawan rezim yang kejam ini.
Menurut Netanyahu, Israel resah dengan maraknya senjata berbahaya di Suriah. Senjata itu bisa jadi akan mengubah perimbangan kekuatan di Timteng. Israel akan menghalangi hal itu. Senjata utama yang meresahkan adalah senjata yang benar-benar ada di Suriah, senjata anti rudal, anti pesawat tempur, senjata kimia dan senjata lain yang berbahaya. “Jika jatuh ke tangan teroris akan berbahaya,” tandas Netanyahu.
Inilah yang disampaikan Netenyahu dalam wawancara dengan televisi Inggris yang kemudian disiarkan ulang radio Israel dan ditambahkan bahwa Netanyahu kini telah membahas pelarangan pemberian senjata kepada oposisi Suriah bersama PM Inggris David Kameron dan PM Kanada Steven Harber. Netanyahu berlasan, rezim Basyar Asad akan digantikan oleh kekuatan baru yang lebih ekstrim dalam melawan Israel, yakni kekuatan yang berafiliasi kepada Jihad Global yang kini sudah membumi.
Soal Amerika, hal itu dijamin oleh Israel akan membela Asad. Empat petinggi di pemerintah Obama gagal mendorong Obama mengambil keputusan untuk mendukung persenjataan kepada oposisi Suriah. Penyebabnya, usaha lobi yahudi menghalangi usaha pemberian senjata kepada oposisi Suriah. Inilah yang menjadikan kenapa pemerintah Obama seperti tidak bersikap membela atau anti revolusi Suriah, mendukung Asada atau anti Asad. Amerika menyatakan mendukung kebebasan dan demokrasi dan pada kesimpulannya mendukung rezim Asad. Kemudian mereka menyatakan akan memberikan bantuan tidak mematikan.
Amerika juga memasukkan Jabhah Nushrah dalam daftar organisasi teroris. Terkadang AS juga menyebut revolusi Suriah tidak jelas dan remang-remang dan senjata tidak mungkin jatuh ke tangan yang salah. Amerika juga menyatakan akan mebentuk oposisi poros tengah dan akan membentuk “toko revolusi” untuk mencetak kelompok oposisi Suriah sesuai pesanan Amerika. Amerika tentu akan melakukan apapun untuk menghalangi kemenangan oposisi di Suriah.
Inilah yang sebenarnya dijelaskan oleh PM Rusia Dmitry Medvedev kepada CNN Amerika, bahwa “Rusia selamanya tidak akan menjadi sekutu satu-satunya Suriah atau Basyar Asad. Kami sudah membangun hubungan baik dengan ayahnya dan dia. Namun dia juga memiliki sekutu lebih banyak di negara-negara Eropa.”
Dalam artikel di Wallstret Jornal, 11 April ini pengamat politik Adam Antosis menegaskan, Barat harus mendukung Asad melawan oposisi sebab pasukan kejahatan menjadi ancaman bagi barat. Menurutnya, paling tidak Barat harus masuk ke Suriah untuk memperlambat pertempuran dengan mendukung pihak yang dirugikan. Sebaliknya, menurut pengamat Barat ini, jika oposisi menang itu akan memperkuat Turki dan kelompok jihadi yang akan menggantikan Asad.
Inilah peta riil di Suriah. Penyebab lambannya kemenangan revolusi Suriah adalah karena Israel, Iran, dan Irak Maliki, Rusia, Cina, Hizbullah terang-terangan memerangi rakyat Suriah baik secara politik dan militer. Amerika, Inggris, Perancis menyadari bahwa pembekuan situasi atau membiarkan situasi dalam konflik atau memperlambat kemenangan oposisi akan menghancurkan Suriah dan menjaga Israel.
Pertempuran di Suriah telah menjadi “induk pertempuran” bersejarah dan strategis bagi setiap kekuatan dan kelompok yang ingin membentuk tata dunia baru sesuai dengan kepentingannya. Karena itu, salah besar jika mengandalkan kepada Amerika dan Barat. Mereka semua berjalan sesuai dengan agenda Israel. Iran, Irak Maliki, Hizbullah berperang untuk kepentingan proyek Syiah Raya. Rusia, Cina menganggap Suriah adalah bargaining kuat untuk membuat teken kesepakatan menguntungkan dengan barat yang akan mengakhiri kerugian perang dingin dan mengembalikan perimbangan strategi. Sementara Israel ingin perang di Suriah sebagai perang panjang tanpa akhir. (Infopalestina.com)
Samir Hijawi, Wartawan Jordania, Assyarq Qatar
Kesabaran Rakyat Gaza Teladan Pembinaan Karakter Siswa
Posting Komentar