MafazaOnline-GAZA-Penutupan kembali penyeberangan perbatasan Jalur Gaza, Karim Abu Salim oleh Israel sejak Senin (8/4), berimbas dengan kelangkaan gas di Gaza, Palestina.
"Sejak Senin (8/4) hingga Sabtu (13/4) Penyeberangan Karim Abu Salim yang merupakan satu-satunya perlintasan perdagangan bagi jalur Gaza itu ditutup dan dibuka hanya empat jam sehari, kata Edy Wahyudi, koordinator pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) - Gaza Saat dihubungi M'iraj News Agency (MINA) di Jakarta, Ahad (14/4).
Selama lebih dari lima tahun penjajah Israel masih menutup semua penyeberangan perbatasan ke Jalur Gaza. Penutupan ilegal diberlakukan Israel di Jalur Gaza itu terus diperketat sejak Juni 2007.
Abu Ali sebagai pemilik pangkalan gas terbesar di Gaza tepatnya berada di daerah Shijaiyya, Gaza Barat juga telah menutup pangkalan gasnya setelah pangkalan-pangkalan gas yang lebih kecil lainnya tutup.
"Setiap hari kami komunikasi dengan Abu Ali. Namun, dia tidak bisa memberikan jawaban kapan kelangkaan gas ini berakhir," ujar Edy.
Kelangkaan gas di Gaza sudah berjalan sepekan sehingga salah seorang relawan RSI belum juga mendapatkan gas walaupun sudah setiap hari terus mencari hingga ke seluruh Gaza.
Edy juga mengisahkan peristiwa kelangkaan gas di Jalur Gaza juga dirasakan waktu dulu dimana selama enam hari tidak ada pasokan gas untuk dapur umum RSI. tiba-tiba ada orang yang menawarkan
Edy juga menyampaikan, beberapa hari kedepan persediaan gas dapur relawan akan habis sehingga perlu dicari alternatif penggantinya untuk memasak di dapur umum relawan.
"Satu hingga dua hari lagi pasokan gas untuk dapur RSI habis. Hingga kini kami belum menemukan alternatif bahan bakar untuk memasak," terang Edy.
Dalam waktu satu bulan dibutuhkan delapan hingga sembilan tabung 12 kg. Kebutuhan gas itu untuk penyediaan konsumsi 30 relawan RS Indonesia di Gaza.
Harga setiap tabung gas ukuran 12 kg di Gaza sekitar 65 sheikel atau setara dengan 169 ribu rupiah.
Sementara kebutuhan gas dua juta penduduk di Gaza memerlukan tujuh kontainer per harinya. Bila satu kontainer gas menampung 21. 800 kg gas maka berarti Gaza memerlukan 152.600 kg gas perharinya.
Krisis gas meletus November 2012 lalu, masih mempengaruhi Jalur Gaza. Krisis ini dibuat pada 4 Januari 2010, ketika pemerintah Israel benar-benar menutup penyeberangan Nahal Oz yang diprioritaskan untuk pengiriman pasokan bahan bakar gas ke Gaza.
Mereka menggeser pengangkutan pasokan bahan bakar dan gas ke perbatasan Karim Abu Salim, yang tidak dilengkapi untuk menerima jumlah bahan bakar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Gaza. Perbatasan Karim Abu Salem saat beroperasi pada kapasitas penuh dapat menerima pasokan gas hanya 200 ton per hari.
Pasukan Israel memperketat penutupan Jalur Gaza, membuat penyeberangan Karim Abu Salim yang merupakan satu-satunya penyeberangan komersial di Jalur Gaza, meskipun jalur perbatasan itu tidak cocok untuk tujuan komersial dalam hal kapasitas operasional dan jarak dari pasar.
Hingga saat ini, tidak hanya gas, militer Israel juga masih menahan tidak kurang dari seribu armada truk pengangkut pangan dan kebutuhan sandang milik organisasi bantuan internasional di perbatasan Karim Abu Salim. Akibatnya, jutaan sipil di Gaza terancam kekurangan pangan dan kebutuhan sehar-hari.
"Kondisi warga Gaza sekarang ini darurat, kondisi ini memaksa warga Gaza menahan lapar. Akibat kelangkaan gas, warga Gaza yang bisanya makan tiga kali menjadi satu kali dalam sehari. Bagi yang memilki cukup uang biasanya membeli makan yang sudah jadi karena di restoran mempunyai simpanan gas yang cukup banyak," kata Edy.
Edy menuturkan, selain kelangkaan gas, bahan bakar minyak seperti Solar juga mengalami kelangkaan. "Warga yang mau membeli BBM seperti solar harus mengantri dulu," tutur Edy.
Bantuan dikirim melaui jalur Mesir melalui terowongan dan jalur perbatasan dengan Israel. Penutupan-penutupan terowongan cukup signifikan sehingga banyak mengandalkan gas dari Israel melalui jalur Karim shalom. Bahkan, bantuan-bantuan dari Mesir tidak bisa masuk melalui Rafah. harus melalui Israel dulu melalui pintu Karim Abu Salim.
"Barang-barang dari Mesir dan Tepi Barat tertumpuk di Jalur penyeberangan karena tertutupnya jalur Karim Abu Salim," kata Edy. "Stok makanan untuk relawan memadai, hanya gasnya yang sulit," tambah Edy.
Perburuk Ekonomi Gaza
Penutupan ilegal tersebut berdampak buruk pada situasi kemanusiaan dan ekonomi di Jalur Gaza. Pasukan Israel terus menerapkan kebijakan yang ditujukan untuk mencegah pembangunan ekonomi di Jalur Gaza dengan memaksakan total kontrol atas aliran impor dan ekspor.
Penutupan total penyeberangan al-Mentar ("Karni") sejak 2 Maret 2011 memiliki dampak serius bagi ekonomi di Jalur Gaza. Setelah penutupan itu, semua kegiatan ekonomi, perusahaan pada Zona komersial di Gaza telah terhenti. Perlu dicatat, penyeberangan al-Mentar adalah penyeberangan terbesar di Jalur Gaza dalam hal kapasitas untuk menyerap aliran impor dan ekspor.
Keputusan untuk menutup penyeberangan al-Mentar adalah puncak dari serangkaian keputusan yang mengakibatkan penutupan lengkap dari penyeberangan Sofa, sebelah timur dari Jalur Gaza pada awal 2009, dan penyeberangan Nahal Oz, timur Kota Gaza, yang didedikasikan untuk pengiriman bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza, pada awal 2010.
Pasukan Israel terus memaksakan larangan total pada pengiriman bahan baku ke Jalur Gaza, kecuali untuk barang-barang yang sangat terbatas jumlahnya. Sedangkan, keterbatasan jumlah bahan baku diizinkan masuk ke Gaza tidak memenuhi kebutuhan minimal penduduk sipil di Jalur Gaza.
Sementara itu, Jumlah keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan terus meningkat. Sekitar 40% tenaga kerja Gaza terus menderita pengangguran permanen karena mayoritas mata pencaharian rakyat Gaza telah ditutup.
Pasukan Israel terus memaksakan larangan total ekspor produk dari Jalur Gaza, terutama produk industri, merusak setiap kesempatan nyata pembukaan kembali bisnis. Situasi telah memburuk sejak perbatasan Karm Abu Salem ditunjuk sebagai satu-satunya penyeberanagn komersial Gaza, penutupan berulang penyeberangan ini negatif mempengaruhi kuantitas produk yang diperbolehkan untuk diekspor dari Jalur Gaza.
Selama hampir enam tahun berturut-turut, pasukan Israel terus mencegah pengiriman bahan bangunan ke Jalur Gaza. Selama periode pelaporan, pasukan Israel menyetujui pengiriman jumlah terbatas bahan bangunan untuk sejumlah organisasi internasional.
Israel terus menutup perbatasan Bayt Hanoun ("Erez") untuk mayoritas warga Palestina dari Jalur Gaza. Israel hanya memungkinkan pergerakan kelompok-kelompok terbatas, dengan berjam-jam menunggu pada sebagian besar kasus.
Israel terus mengadopsi kebijakan yang bertujuan mengurangi jumlah pasien Palestina yang diizinkan untuk bergerak melalui penyeberangan Bayt Hanoun untuk menerima perawatan medis di rumah sakit di Israel atau di Tepi Barat dan Al-Quds (Yerusalem) Timur. Israel menyangkal izin untuk mengakses rumah sakit melalui penyeberangan untuk kategori baru pasien dari Jalur Gaza.
Israel telah memberlakukan pembatasan akses tambahan pada pedagang, diplomat internasional, wartawan, dan pekerja kemanusiaan yang ingin masuk Jalur Gaza. Edy melaporkan, hingga kini sesekali pesawat tempur F-16 dan pesawat tanpa awak Drone masih terbang melintasi langit Gaza.
Kondisi Darurat, Relawan tetap lanjutkan Pembangunan RSI
Meski kondisi darurat terjadi saat kelangkaan gas masih terjadi, para relawan untuk pembangunan RSI masih semangat. Pembangunan RSI tahap dua masih terus berjalan. RSI saat ini sedang melakukan plesteran serta Pemasangan Hajar Qudsi merupakan Batu alam yang sengaja langsung didatangkan dari daerah Al-Khalil, Hebron, Tepi Barat, Palestina.
Diantara progress yang sudah dikerjakan diantaranya, plesteran pagar atap dalam bagian luar 30 %; tread granit tangga 100 %; riser granit tangga 100 %; sparing saklar lantai 1 dan 2 100 %; sparing stop kontak lantai 1 dan 2 100 %; sparing nurse call lantai 1 dan 2 60 %; posisi panel di dinding lantai dan 2 100 %; sparing telpon, LAN, Sound lantai 1 dan 2 100 %; sparing nurse call lt 1 dn 2 60 %; pemasangan embodus di lantai 1 10 %; sparing jalur air bersih 10 %
"Insya Allah dalam waktu dekat pekerjaan deep well dan plafon akan dimulai. Mohon doanya," tambah Edy. (MINA)
Kesabaran Rakyat Gaza, Teladan Pembinaan Karakter Siswa
"Sejak Senin (8/4) hingga Sabtu (13/4) Penyeberangan Karim Abu Salim yang merupakan satu-satunya perlintasan perdagangan bagi jalur Gaza itu ditutup dan dibuka hanya empat jam sehari, kata Edy Wahyudi, koordinator pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) - Gaza Saat dihubungi M'iraj News Agency (MINA) di Jakarta, Ahad (14/4).
Selama lebih dari lima tahun penjajah Israel masih menutup semua penyeberangan perbatasan ke Jalur Gaza. Penutupan ilegal diberlakukan Israel di Jalur Gaza itu terus diperketat sejak Juni 2007.
Abu Ali sebagai pemilik pangkalan gas terbesar di Gaza tepatnya berada di daerah Shijaiyya, Gaza Barat juga telah menutup pangkalan gasnya setelah pangkalan-pangkalan gas yang lebih kecil lainnya tutup.
"Setiap hari kami komunikasi dengan Abu Ali. Namun, dia tidak bisa memberikan jawaban kapan kelangkaan gas ini berakhir," ujar Edy.
Kelangkaan gas di Gaza sudah berjalan sepekan sehingga salah seorang relawan RSI belum juga mendapatkan gas walaupun sudah setiap hari terus mencari hingga ke seluruh Gaza.
Edy juga mengisahkan peristiwa kelangkaan gas di Jalur Gaza juga dirasakan waktu dulu dimana selama enam hari tidak ada pasokan gas untuk dapur umum RSI. tiba-tiba ada orang yang menawarkan
Edy juga menyampaikan, beberapa hari kedepan persediaan gas dapur relawan akan habis sehingga perlu dicari alternatif penggantinya untuk memasak di dapur umum relawan.
"Satu hingga dua hari lagi pasokan gas untuk dapur RSI habis. Hingga kini kami belum menemukan alternatif bahan bakar untuk memasak," terang Edy.
Dalam waktu satu bulan dibutuhkan delapan hingga sembilan tabung 12 kg. Kebutuhan gas itu untuk penyediaan konsumsi 30 relawan RS Indonesia di Gaza.
Harga setiap tabung gas ukuran 12 kg di Gaza sekitar 65 sheikel atau setara dengan 169 ribu rupiah.
Sementara kebutuhan gas dua juta penduduk di Gaza memerlukan tujuh kontainer per harinya. Bila satu kontainer gas menampung 21. 800 kg gas maka berarti Gaza memerlukan 152.600 kg gas perharinya.
Krisis gas meletus November 2012 lalu, masih mempengaruhi Jalur Gaza. Krisis ini dibuat pada 4 Januari 2010, ketika pemerintah Israel benar-benar menutup penyeberangan Nahal Oz yang diprioritaskan untuk pengiriman pasokan bahan bakar gas ke Gaza.
Mereka menggeser pengangkutan pasokan bahan bakar dan gas ke perbatasan Karim Abu Salim, yang tidak dilengkapi untuk menerima jumlah bahan bakar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Gaza. Perbatasan Karim Abu Salem saat beroperasi pada kapasitas penuh dapat menerima pasokan gas hanya 200 ton per hari.
Pasukan Israel memperketat penutupan Jalur Gaza, membuat penyeberangan Karim Abu Salim yang merupakan satu-satunya penyeberangan komersial di Jalur Gaza, meskipun jalur perbatasan itu tidak cocok untuk tujuan komersial dalam hal kapasitas operasional dan jarak dari pasar.
Hingga saat ini, tidak hanya gas, militer Israel juga masih menahan tidak kurang dari seribu armada truk pengangkut pangan dan kebutuhan sandang milik organisasi bantuan internasional di perbatasan Karim Abu Salim. Akibatnya, jutaan sipil di Gaza terancam kekurangan pangan dan kebutuhan sehar-hari.
"Kondisi warga Gaza sekarang ini darurat, kondisi ini memaksa warga Gaza menahan lapar. Akibat kelangkaan gas, warga Gaza yang bisanya makan tiga kali menjadi satu kali dalam sehari. Bagi yang memilki cukup uang biasanya membeli makan yang sudah jadi karena di restoran mempunyai simpanan gas yang cukup banyak," kata Edy.
Edy menuturkan, selain kelangkaan gas, bahan bakar minyak seperti Solar juga mengalami kelangkaan. "Warga yang mau membeli BBM seperti solar harus mengantri dulu," tutur Edy.
Bantuan dikirim melaui jalur Mesir melalui terowongan dan jalur perbatasan dengan Israel. Penutupan-penutupan terowongan cukup signifikan sehingga banyak mengandalkan gas dari Israel melalui jalur Karim shalom. Bahkan, bantuan-bantuan dari Mesir tidak bisa masuk melalui Rafah. harus melalui Israel dulu melalui pintu Karim Abu Salim.
"Barang-barang dari Mesir dan Tepi Barat tertumpuk di Jalur penyeberangan karena tertutupnya jalur Karim Abu Salim," kata Edy. "Stok makanan untuk relawan memadai, hanya gasnya yang sulit," tambah Edy.
Perburuk Ekonomi Gaza
Penutupan ilegal tersebut berdampak buruk pada situasi kemanusiaan dan ekonomi di Jalur Gaza. Pasukan Israel terus menerapkan kebijakan yang ditujukan untuk mencegah pembangunan ekonomi di Jalur Gaza dengan memaksakan total kontrol atas aliran impor dan ekspor.
Penutupan total penyeberangan al-Mentar ("Karni") sejak 2 Maret 2011 memiliki dampak serius bagi ekonomi di Jalur Gaza. Setelah penutupan itu, semua kegiatan ekonomi, perusahaan pada Zona komersial di Gaza telah terhenti. Perlu dicatat, penyeberangan al-Mentar adalah penyeberangan terbesar di Jalur Gaza dalam hal kapasitas untuk menyerap aliran impor dan ekspor.
Keputusan untuk menutup penyeberangan al-Mentar adalah puncak dari serangkaian keputusan yang mengakibatkan penutupan lengkap dari penyeberangan Sofa, sebelah timur dari Jalur Gaza pada awal 2009, dan penyeberangan Nahal Oz, timur Kota Gaza, yang didedikasikan untuk pengiriman bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza, pada awal 2010.
Pasukan Israel terus memaksakan larangan total pada pengiriman bahan baku ke Jalur Gaza, kecuali untuk barang-barang yang sangat terbatas jumlahnya. Sedangkan, keterbatasan jumlah bahan baku diizinkan masuk ke Gaza tidak memenuhi kebutuhan minimal penduduk sipil di Jalur Gaza.
Sementara itu, Jumlah keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan terus meningkat. Sekitar 40% tenaga kerja Gaza terus menderita pengangguran permanen karena mayoritas mata pencaharian rakyat Gaza telah ditutup.
Pasukan Israel terus memaksakan larangan total ekspor produk dari Jalur Gaza, terutama produk industri, merusak setiap kesempatan nyata pembukaan kembali bisnis. Situasi telah memburuk sejak perbatasan Karm Abu Salem ditunjuk sebagai satu-satunya penyeberanagn komersial Gaza, penutupan berulang penyeberangan ini negatif mempengaruhi kuantitas produk yang diperbolehkan untuk diekspor dari Jalur Gaza.
Selama hampir enam tahun berturut-turut, pasukan Israel terus mencegah pengiriman bahan bangunan ke Jalur Gaza. Selama periode pelaporan, pasukan Israel menyetujui pengiriman jumlah terbatas bahan bangunan untuk sejumlah organisasi internasional.
Israel terus menutup perbatasan Bayt Hanoun ("Erez") untuk mayoritas warga Palestina dari Jalur Gaza. Israel hanya memungkinkan pergerakan kelompok-kelompok terbatas, dengan berjam-jam menunggu pada sebagian besar kasus.
Israel terus mengadopsi kebijakan yang bertujuan mengurangi jumlah pasien Palestina yang diizinkan untuk bergerak melalui penyeberangan Bayt Hanoun untuk menerima perawatan medis di rumah sakit di Israel atau di Tepi Barat dan Al-Quds (Yerusalem) Timur. Israel menyangkal izin untuk mengakses rumah sakit melalui penyeberangan untuk kategori baru pasien dari Jalur Gaza.
Israel telah memberlakukan pembatasan akses tambahan pada pedagang, diplomat internasional, wartawan, dan pekerja kemanusiaan yang ingin masuk Jalur Gaza. Edy melaporkan, hingga kini sesekali pesawat tempur F-16 dan pesawat tanpa awak Drone masih terbang melintasi langit Gaza.
Kondisi Darurat, Relawan tetap lanjutkan Pembangunan RSI
Meski kondisi darurat terjadi saat kelangkaan gas masih terjadi, para relawan untuk pembangunan RSI masih semangat. Pembangunan RSI tahap dua masih terus berjalan. RSI saat ini sedang melakukan plesteran serta Pemasangan Hajar Qudsi merupakan Batu alam yang sengaja langsung didatangkan dari daerah Al-Khalil, Hebron, Tepi Barat, Palestina.
Diantara progress yang sudah dikerjakan diantaranya, plesteran pagar atap dalam bagian luar 30 %; tread granit tangga 100 %; riser granit tangga 100 %; sparing saklar lantai 1 dan 2 100 %; sparing stop kontak lantai 1 dan 2 100 %; sparing nurse call lantai 1 dan 2 60 %; posisi panel di dinding lantai dan 2 100 %; sparing telpon, LAN, Sound lantai 1 dan 2 100 %; sparing nurse call lt 1 dn 2 60 %; pemasangan embodus di lantai 1 10 %; sparing jalur air bersih 10 %
"Insya Allah dalam waktu dekat pekerjaan deep well dan plafon akan dimulai. Mohon doanya," tambah Edy. (MINA)
Kesabaran Rakyat Gaza, Teladan Pembinaan Karakter Siswa
Posting Komentar