Minggu, 12 April 2020

Home » » Aka Bonanza, Tanpa Hadirkan Solusi, Warga tidak akan Menyambut Edukasi Peduli Lingkungan

Aka Bonanza, Tanpa Hadirkan Solusi, Warga tidak akan Menyambut Edukasi Peduli Lingkungan

Pesantren dengan Ustadz-ustadzahnya, harus menjadi pionir peduli lingkungan, bukankah pembahasan Fiqih dimulai dengan bab Thaharah 

Talkshow Wahana Edukasi | Marcomm - Idrisiyyah

Mafaza-Online | Ahmad Tazakka Bonanza selaku ketua umum Raksa Lembur dan CEO Cyrcle Green Society menjadi Narasumber dalam talkshow edukasi bersama aktivis lingkungan Priangan Timur di Sukahaji Waterboom, Tasikmalaya, Sabtu, (11/04).

Selain Kang Aka, ada juga, Bapak Karom SPDi MM Ketua Jangkar Ecovillage,  Guntara Ketua Relawan Lingkungan di Ciamis, Sodikin dari Rumah Kreatif Indonesia dan Aktivis lingkungan. Sedangkan  Ridho dari Rumah Sampah berbasis Sekolah, tampil memandu acara ini. 

Talkshow berlangsung di ruang Lobi, Sukahaji Waterboom tidak beroperasi sampai Syawal (Lebaran). Terdampak wabah Covid-19, wahana wisata se-Priangan Timur memang tutup. 

Menurut Ridho, Sukahaji Waterboom memiliki program Wahana Edukasi, jadi meski dalam kondisi seperti ini program tetap jalan. Tujuannya, menghibur masyarakat, yang tengah Stay at Home agar tidak jenuh. "Agar ada inspirasi dan tetap semangat, pemirsa bisa memberikan komentarnya dari rumah," tutur Ridho.

Ridho menambahkan, Talkshow ini merupakan program edukasi pertama yang diinisiasi oleh tempat wisata. Tema lingkungan diangkat berkaitan dengan peristiwa besar wabah Covid-19.  

"Agar kita peduli dengan lingkungan kita, kebersihan untuk menjaga keharmonisan alam," ujarnya.

Aka Bonanza menuturkan ihwalnya terjun menjadi aktivisi lingkungan Raksa Lembur  dan Cyrcle Green Society. Awalnya -dari Pesantren tempat dia menuntut ilmu- sekitar dua tahun lalu,  ustadz-ustadz yang menjadi Pengurus di Pesantren Idrisiyyah selalu mengevaluasi keadaan Pondok. Pesantren harus bersih dan menjadi contoh bagi warga sekitar dan terutama jamaah Idrisiyyah. 

Islam ajaran yang sempurna. Bukankah, kitab-kitab fikih  memulai bahasannya dari Bab Thaharah atau kebersihan, seperti hadits nabi  ﷺ,  Kebersihan sebagian dari iman. Terus, aplikasinya seperti apa? 

"Ternyata ketika terjun ke masyarakat, banyak juga orang yang sudah bergerak peduli pada lingkungan," ungkapnya.

Lalu terbentuklah Raksa Lembur yang konsentrasi kerjanya menjaga sungai-sungai agar senantiasa terjaga kelestariannya. Sedikit bernostalgia Aka menyampaikan, dimasanya ketika kecil, anak-anak suka mandi di sungai dan bermain di sungai,  tapi pemandangan seperti itu sudah tidak ada atau jarang dilihat lagi. Sekarang sungai sudah tidak jernih lagi. 

“Kalau mancing yang didapat bukan ikan, tapi sampah sendal atau sepatu!” ujarnya berseloroh. 

Sebagai orang yang dibesarkan di Pesantren, Aka juga mengingatkan Ustadz-ustadz dalam ceramahnya agar menyisipkan kepedulian pada lingkungan. 

Pembicara Kedua, Karom dari Jangkar (Jaringan Kerja EcoVillage) ini semacam Gerakan Desa berbasis Lingkungan. Dari pengalamannya menjadi karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Bandung dia melihat sungai Citarum Bandung dinobatkan sebagai sungai terkotor 2015. 

Begitu balik ke kampung halaman timbul tekadnya, "Jangan sampai itu terjadi di Tasikmalaya," katanya. 

Ketua Jangkar Ciamis, Gugun Guntara, yang menjadi pembicara berikutnya, menyampaikan begitu lulus SMA sekitar tahun 1996 keluar dari desanya di Ciroke untuk merantau. Pada 2016 pulang kampung  dia merasakan hal yang berbeda, dulu udara di sekitar Gunung Sawal sampai jam 12 siang masih sejuk. Setelah diamati, ternyata karena Hutan negara sudah menjadi kebun kopi, alih fungsi itu mempengaruhi iklim. 

"Plus gaya hidup masyarakat yang sampah tidak peduli dengan sampah plastik!" ungkapnya  

Maka dimulailah gerakan untuk mengelola sampah di masyarakat. "Kita harus berupaya semampunya untuk mengembalikan kelestarian alam."

Selanjutnya Sodikin yang merupakan penggerak Rumah Kreatif Indonesia. Dia Aktivis lingkungan berbasis tekologi manajemen daur ulang insan sanitarian 3R-B Reuse, Reduce Recycle, Benefit. Dia menuturkan, Secara sederhana, lingkungan hidup tempat hidup yang tidak bertambah tapi permasalahannya terus bertambah. Persoalannya, bagaimana caranya kita menjaga lingkungan. 

"Permasalahan terbesar saat ini adalah sampah," tuturnya. 

Jadi, masih katanya, harus ada rekayasa sosial dari manusianya. Hal ini tidak bisa dilakukan sendiri, Sodikin mengajak agar peduli lingkungan menjadi kesadaran bersama. Selanjutnya jadi gerakan bersama, dengan kemampuan yang ada untuk mengatasi kerusakan alam.  

“Itu jelas tidak mungkin tanpa ada peran manusianya," tegasnya.

Acara menjadi hangat, karena diisi dengan tanya jawab memanfaatkan tekonologi internet dengan sosial media Facebook streaming. 

"Edukasi bertubi-tubi juga akan sia-sia tanpa menawarkan solusi," ujar Aka Bonanza menjawab pertanyaan seorang ibu; Apa ada manfaat lain dari aktivitas ini?  Jawaban Kang Aka sekaligus memotivasi rekan-rekan aktivis lingkungan, selain materi juga ada keberkahan dari aktivitas ini.

Ridho sang moderator menyimpulkan setuju dengan apa yang disampaikan  Aka Bonanza dengan contoh, yaitu kursi yang digunakan untuk talkshow ini dari barang bekas alias sampah. 

"Tapi, ternyata ketika di posting justru laku dibeli oleh orang Yogya seharga satu juta enam ratus ribu," ujarnya semangat.

Ternyata sampah di tangan aktivis peduli lingkungan yang kreatif, bisa jadi benefit lho.     


Share this article :

Posting Komentar