Minggu, 06 Oktober 2019

Home » , » Mengharukan, Kisah Bocah Endri Penjaja Risol yang Bercita-cita ingin menjadi Polisi

Mengharukan, Kisah Bocah Endri Penjaja Risol yang Bercita-cita ingin menjadi Polisi

Kisah Endri Bocah 9 Tahun Asal Pemalang Menopang Hidup 7 Anggota Kelurganya: Saya Ingin Ketemu Ayah

Tribunjateng.com/Budi Susanto
Endri Asep Sunoto bocah 9 tahun asal Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, saat menjajakan risol dan kue ke desa-desa di sekitar tempat tinggalnya, Kamis (3/10/2019). 
Mafaza-Online | Di usia yang terbilang anak-anak, yakni baru 9 tahun, Endriyanto Asep Sunoto siswa kelas III di SDN 02 Loning, Kecamatan Petarukan, Kabupaten  Pemalang, harus merasakan kerasnya hidup.

Pasalnya Endri menjadi tulang punggung keluarga besarnya yang tinggal di Desa Linong RT 6 RW 1, untuk mencari nafkah.

Meskipun dibantu oleh bibinya, namun untuk mencukupi kebutuhan keluarga dirasa kurang. Masih jauh dari kata cukup.

Dengan pendapatan Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu, bocah 9 tahun itu berkeliling menjajakan risol dan kue usai pulang sekolah.

Setiap hari ia berjalan dari desa ke desa dengan jarak mencapai 12 kilometer untuk mencukupi biaya hidup 7 anggota keluarga.

Silakan Klik:



Endri Asep Sunoto bocah 9 tahun asal Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, saat menjajakan risol dan kue ke desa-desa di sekitar tempat tinggalnya, Kamis (3/10/2019). (Tribunjateng.com/Budi Susanto)

Ingin bertemu Ayah
Endri berdagang hampir satu tahun, dan sisa hasil dari berdagang ia tabung untuk mewujudkan bercita-citanya, yaitu bertemu dengan sang ayah.

Hal itu dikarenakan kedua orangtuanya bercerai sejak Endri berusia 1 tahun.
Ia pun tak pernah melihat sosok sang ayah.

Endri hanya bisa melihat album poto lama untuk mengobati kerinduannya.
Ia juga tak pernah mengeluh akan keadaannya.
   

Bahkan Endri memacu dirinya agar lebih giat belajar dan bekerja.
“Saya dagang untuk membantu keluarga.
Selain itu sisa uangnya saya tabung untuk bertemu ayah suatu saat nanti,” ujarnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (3/10/2019).

Muka murung pun nampak di wajah bocah itu, kala menceritakan kondisi keluarganya.

“Ibu dan ayah sudah berpisah, kalau ibu pernah bertemu satu kali.
Namun saya belum pernah bertemu ayah sejak lahir.

Saya ingin menemui ayah, maka dari itu saya menabung, kalau sudah terkumpul saya mau mencari ayah,” jelasnya.

Bercita-cita menjadi Polisi
Endri juga menuturkan ingin menjadi seorang Polisi saat besar nanti, agar bisa melindungi orang-orang yang ia sayangi.

“Untuk itu saya harus bekerja dan belajar lebih giat.

Saya tidak malu harus berkeliling ke desa-desa, justru saya senang bis bertemu banyak orang,” ungkapnya.
Meski baru 9 tahun, di mata keluarga Endri merupakan sosok tegar dan pekerja keras.

Ramlan (67) kakek Endri menerangkan, cucunya tak pernah mengeluh saat berdagang, dan kegiatan itu dilakukan atas inisiatif Endri.

“Awalnya Endri melihat dagangan yang dijual oleh Ida Sunoto bibinya selalu tak pernah habis terjual, melihat hal itu ia mencoba berkeliling untuk menjajakannya.

Tak jarang Endri berjalan hingga melewati tiga desa,” ucapnya.
Endri Asep Sunoto bocah 9 tahun asal Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, saat menjajakan risol dan kue ke desa-desa di sekitar tempat tinggalnya, Kamis (3/10/2019) | Tribunjateng.com/Budi Susanto


Diakui Ramlan, ia bersama istrinya tak tega melihat cucunya menjadi tulang punggung keluarga.

“Pedih rasanya, namun mau bagaimana lagi kami sudah tua dan tidak bisa apa-apa.

Sementara bibinya hanya bisa membantu berdagang setiap pagi karena keterbatasan fisik,” ujarnya.

Ditambahkannya, ibu Endri merupakan anak pertamanya yang kini tinggal di Jakarta.

“Nama ibu Endri Wiwing Sunoto, sedangkan ayahnya bernama Asep.
Mereka bercerai sejak Endri berusia satu tahun, kini mereka sudah memiliki keluarga.


Endri sempat bertemu ibunya satu kali, namun ia belum pernah bertemu dengan sang ayah sejak lahir,” tambahnya. 

Silakan Klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda


Pada 1994 buku Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq ini, memperoleh penghargaan King Faisal Prize dalam Kategori Kajian Islam.

Dengan kelengkapan kandungannya, buku ini sangat tepat menjadi salah satu referensi Anda.

Penerbit Al-’Itishom Cahaya Umat 

Beberapa alasan mengapa memilih Fiqih Sunah  Terbitan Al-Itishom

1. Kwalitas terjemah terbaik di kelasnya, berdasarkan pengakuan Dr. Taufiq Hulaimi MA (Pakar fiqih lulusan Al-Azhar)

2. Harga termurah.

3. Kertas ringan.

4. dll.

Penulis: Syaikh Sayyid Sabiq
Harga
Rp.460.000
(Belum termasuk Ongkir/Penagihan) 

Bisa dicicil 3 kali : 
Khusus Jakarta, Tasik, Magelang dan Yogya 

Pesan sekarang juga…
Hubungi: Andi Purnama 
081229088016
Share this article :

Posting Komentar