Berkaca dari perjalanan Hasan Al Banna dan persentuhannya dengan Tarekat, yang mengilhami pergerakan di dunia Islam
Oleh: Nasrulloh Basolahar SE
Pengamal Tarekat
Pengamal Tarekat
 |
| Nasrulloh Basolahar SE |
Menurut Prof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi, Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan ulama pertama yang mengubah gerakan tasawuf yang personal menjadi terorganisir. Ciri utamanya, pengajaran dan pendidikan jiwa yang terorganisir dan rapi. Pengkaderan di bidang agama, ilmu pengetahuan dan sosial. Dari Tarekat Qadiriyah inilah muncul prajurit, panglima dan pejabat negara yang menahan gempuran Eropa pada perang salib. Yang membangun bani Zanky menjadi negara yang rakyatnya solid, adil dan sejahtera.
Hasan Al Banna sepertinya mendapatkan ilham dari cara Syekh Abdul Qadir Jailani mengelola dakwah. Dari gerakan dakwah personal menjadi gerakan terorganisir pasca runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani oleh Mustafa Kemal. Bila membedah struktur jaringan Tarekat seperti Qadiriyah, Syadziliyah dan Naqsabandiyah saat ini dengan Ikhwanul Muslimin terdapat kemiripan. Termasuk metodelogi pensucian jiwanya melalui dzikir pagi dan petang.
Penulis sering berbincang-bincang dengan murid-murid di Tarekat Qadiriyah dan Syadziliyah, keteguhan untuk hidup berjamaah sangat kuat. Ketaatan pada Mursyid (Pemimpin) sangat luar biasa. Ada semacam sertifikasi dalam mendawamkan zikir-zikir tertentu. Ada jenjang-jenjang tertentu dalam strukturnya. Ketika Penulis membaca buku-buku tarbiyah Ikhwanul Muslimin, metode ini pun ditemukan. Apakah Hasan Al Banna terilhami dalam pengajaran dan pengorganisasiannya?
Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan ulama pertama yang mengubah gerakan tasawuf yang personal menjadi terorganisir (Prof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi)
Prinsip Hasan Al Banna dan Abu Hasan asy-Syadzii pendiri Tarekat Syadziiliyah terdapat kesamaan pandang antara mengarang kitab dengan mengkader umat. Yaitu mementingkan membentuk orang daripada menulis banyak kitab. Lebih penting membentuk kepribadian muslim daripada mengarang berlembar buku.
Dr Abdul Halim Mahmud, Syekh Al Azhar di tahun 1978, mengabadikan prinsip hidup pendiri Tarekat Syadziliyah yang lebih memilih mendidik beberapa orang daripada menulis sebuah karya. Suatu hari Syekh Syadzili ditanya, "Mengapa engkau tidak menulis sebuah karya yang diperuntukkan sebagai petunjuk menuju Allah dan ilmunya tarekat?" "Kitabku adalah murid-muridku," begitu sang Syekh menjawab.
Hasan Al Banna pun, kehidupannya lebih banyak berkecimpung dalam pengkaderan dan membangun organisasi daripada menulis kitab. Beberapa kitab yang disematkan kepadanya, bukanlah hasil tulisannya tetapi ceramahnya yang ditulis oleh murid-muridnya. Ini seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hambal yang tidak pernah menulis kitab. Berkat kreativitas murid-muridnya, umat Islam bisa mengambil petunjuk dan keberkahan dari karya-karyanya.
Salah satu yang tercatat dalam kisah awal hidupnya Hasan Al Banna, sebelumnya dia cukup aktif dalam berbagai tarekat. Inspirasi jamaah tarekat ini dibawa untuk membangun Ikhwanul Muslimun, seperti: Mursyid, Halaqah dan Baiat.
Jejak-jejak para ulama akan selalu menjadi petunjuk jalan bagi ulama dan umat sesudahnya. Mengambil pelajaran karya ulama terdahulu akan menjadi cara mudah mendapatkan solusi di era sekarang. Seperti Dale Carnengie mengatakan dalam bukunya, Leadership Mastery, masa lalu harus menjadi sumber daya atau aset di era sekarang. Itulah keterhubungan ke tiga tokoh tersebut.
MOIIA
Silky Pudding
Barangkali ada yang pernah liat...
Terus lupa siapa yg jual 😁
💥Yes..I'm here 😃
⇩⇩⇩
Silakan Klik:
Posting Komentar