Kamis, 29 November 2018

Home » » SHALAT ISTISQA Doa Istimewa dari Hamba yang Bersembunyi

SHALAT ISTISQA Doa Istimewa dari Hamba yang Bersembunyi

 "Sesungguhnya Allah `Azzawa Jalla turun ke langit dunia pada setiap malam. Lalu berfirman, 'Adakah orang yang berdoa? Aku akan mengabulkannya. Adakah orang yang memohonampun? Aku akan mengampuninya'." (HR Thabarani).

 
MafazaOnline | Basrah, Irak, dilanda kemarau hebat. Penduduk mulai kesulitan mendapati air. Demikian juga binatang peliharaan. Hari itu warga Basrah sepakat untuk mengadakan shalat Istisqa', untuk meminta hujan. Shalat itu akan dihadiri para ulama Basrah dan tokoh masyarakatnya, yang langsung akandipimpin oleh salah seorang ulama pilihan di antara mereka.

Tampak ulama yang sudah hadir, ulama besar Malik bin Dinar, Atha' As-Sulaimi, Tsabit AI-Bunani, Yahya Al-Bakka, Muhammad bin Wasi', Abu Muhammad As-Sikhtiyani, Habib Abu Muhammad Al-Farisi, Hasan bin Abi Sinan, Utbah bin Al-Ghulam, dan Shalih Al-Murri.

Sungguh sebuah shalat Istisqa' yang istimewa. Shalat berjamaah bersama orang-orang terbaik. Tentunya dengan harapan agar Allah segeramenurunkan hujan yang ditahanlantaran dosa-dosa manusia.

Semua keluar rumah mendatangi lapangan yang telahditentukan. Para ulama pun sudah mulai tampak di lapangan itu. Anak-anak kecil yang asyik belajar di tempat madrasah Al-Quran mereka pun berlarian menujulapangan. Demikian juga para wanitanya. Tidak ada yang ketinggalanuntuk mengikuti shalat minta hujan.

Takbir berkumandang, shalat Istisqa dimulai. Dua rakaat sudah. Selesai itu, sang imam menyampaikan khutbah dan doa panjangnya. Mengakui segala kelemahan dan kesalahan manusia, yang mengundang murka Allah SWT. Semua larut dalam pinta mengharap kembali turunnya berkah hujan dari langit. 

Sang waktu beranjak siang. Namun, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Awan tebal yang membawa kantung-kantung air hujan tak kunjung datang. Langit masih membiru cerah. Matahari semakin terasa terik. Shalat Istisqa' selesai. Semua penduduk pulang ke rumah masing-masing. Tinggallah para ulama yang masing-masing bertanya dalam hati mengapa hujan tak kunjung datang. Padahal telah berkumpul orang-orang baik dan pilihan di masyarakat Basrah. Apanya yang kurang?

Akhirnya Umara dan Ulama diantara mereka sepakat untuk menentukan hari lain, mengulang shalat Istisqa'. Berharap, untuk kali kedua, Allah mengabulkan doa mereka.

Takbir kembali dikumandangkan shalat Istisqa kedua ditegakkan.Suasana shalat ketika itu tidak jauh berbeda dengan shalat sebelumnya. Sama seperti yang pertama, belum ada tanda-tanda dikabulkannya doa. Langit masihsangat cerah dengan terik matahari tengah hari. Tanda tanya di hati paraulamanya semakin membesar.

Shalat ketiga pun segera menyusul. Semoga yang ketiga inilah yang didengar, begitu harapan mereka. Persis seperti yang pertama dan kedua, suasana dan hasilnya pun sama. Hujan masihtertahan. Tanda tanya kian menggelayut di dalam benak para sesepuh Basrah.

Hingga seluruh penduduk dan para ulamanya pulang, yang tersisa tinggal Malik bin Dinar dan Tsabit Al-Bunani. Di lapangan mereka terlihat mengobrol.Perbincangan itu dilanjutkan di masjid, yang tidak jauh dari tempat itu. Semakin serius, hingga malam datang menjelang. Masjid sudah sepi, tidak ada lagi yang shalat. Malam pun semakin larut.

http://mafaza-store.blogspot.com/2018/11/pudding-moiia-praktis-macam-macam.html
MOIIA Silky Pudding

Barangkali ada yang pernah liat...

Terus lupa siapa yg jual πŸ˜ 

πŸ’₯Yes..I'm here πŸ˜ƒ 

⇩⇩⇩

Silakan Klik:




Banyak Variasi rasanya lho

Doa Budak Hitam

Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh seorang dengan kulit berwarna gelap, wajah yang sederhana, dengan betis tersingkap yang terlihat kecil, dengan perut buncit. Orang itu memakai baju dan sarung dari kulit domba, bahan yang biasa dipakaioleh orang-orang miskin.

Malik bin Dinar mengamati gerak geriknya, ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh orang hitam itu di larut malam seperti ini. Orang itu menuju tempat wudhu.

Setelah selesai wudhu, seperti tanpa mempedulikan Malik dan Tsabit, yang mengamatinya dari tadi, orang itu menuju mihrab imam, kemudian shalat dua rakaat.

Shalatnya tidak terlalu lama. Surah yang dibaca tidak terlalu panjang. Ruku' dan sujudnya pun tidak lama.

Selesai shalat, ia menengadahkan tangannya ke langit sambil berdoa,

"Tuhanku, betapa banyak hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikit pun kekuasaanMu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah dengan namaMu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya."

Setelah mendengar itu Malik bin Dinar berkata, "Belum lagi dia menyelesaikanperkataannya, angin dingin pertanda mendung tebal menggelayut di langit.Kemudian, tidak lama, hujan turun dengan begitu derasnya. Aku dan Tsabit mulaikedinginan."

Matik dan Tsabit hanya bisa tercengang melihat orang hitam itu. Mereka berdua menunggu hingga orang itu selesai dari munajatnya.

Begitu terlihat orang itu selesai bermunajat, Malik menghampirinya dan berkata, "Wahai orang hitam,tidakkah kamu malu terhadap kata-katamu dalam doa tadi?"

Orang tadi bertanya, "Kata-kata yang mana?"

"Kata-kata “dengan kecintaan-Mu kepadaku'," kata Malik. "Apa yang membuatmu yakin bahwaAllah mencintaimu?"

Orang itu menjawab, "Menyingkirlah dari urusan yang tidak kamu ketahui, wahai orang yang sibuk dengan dirinya sendiri! Di manakah posisiku ketika aku dapat mengkhususkan diri untuk beribadah hanya kepada-Nya dan ma'rifat kepada-Nya. Mungkinkah aku dapat memulai hal itu jika tanpa cinta-Nya kepadaku sesuai dengan kadar yang dikehendaki dan cintaku kepada-Nya sesuai dengan kadar kecintaanku?"

Setelah mengatakan itu, dia pergi begitu saja dengan cepatnya.

Malik memohon, "Sebentar, semoga Allahmerahmatimu. Aku perlu sesuatu."

Orang itu menjawab, "Aku adalah seorang budak yang mempunyai kewajiban untukmenaati perintah tuanku."

Akhirnya Malik dan Tsabitsepakat untuk mengikuti dari jauh.

Allah Begitu Dekat
Ternyata orang itu memasuki rumah seorang yang sangat kaya di Basrah yang bernama Nakhos.

Malam sudah sangat larut. Malik dan Tsabit merasakan sisa malam begitu panjang, Karena rasa penasarannya untuk segera mengetahui orang itu di pagi harinya.

Pagi yang dinanti akhirnya tiba. Malik, yang memang mengenal Nakhos, segera menuju rumahnya untuk menanyakan budak hitam yang dijumpainya semalam.

"Apakah engkau punya budak yang bisa engkau jual kepadaku untuk membantuku?" kata Malik bin Dinar beralasan untuk mengetahui budak hitam yang dijumpainya malam sebelumnya.

Nakhos berkata, "Ya, saya mempunyai seratus budak. Semuanya bisa dipilih."

Mulailah Nakhos mengeluarkan budak satu per satu untuk dilihat Malik.

Sudah hampir semuanya dikeluarkan, ternyata Malik tidak melihat budak yang dilihatnya itu. Sampai Nakhos menyatakan bahwa budaknya sudah dikeluarkan semua.

"Apakah masih ada yang lain?" tanya Malik.

"Masih tersisa satu lagi," jawab Nakhos.

Saat itu,waktu mendekati waktu zhuhur. Saat istirahat siang. Malik berjalan ke belakang rumah menuju suatu kamar yang sudah terlihat reot. Di dalam kamar itulah Malik melihat budak hitam yang dilihatnya malam itu, sedang tertidur lelap.

"Nakhos, dia yang saya mau. Ya, demi Allah, dialah orangnya," kata Malik bersemangat.

Dengan penuh keheranan Nakhos berkata, "Wahai Abu Yahya, itu budak sial. Malamnya habis untuk menangis dan siangnya habis untuk shalat dan puasa."

"Justru untuk itulah aku mau membelinya," kata Malik.

Melihat kesungguhan Malik, Nakhos memanggil sang budak.

Dengan wajah kuyu, dengan rasa kantuk yang masih terlihat berat, budak itu keluar menemui majikannya.

Nakhos berkata kepada Malik, "Ambillah, terserah berapa pun harganya, agar akucepat terlepas darinya."

Malik mengulurkan dua puluh dinar sebagai pembayaran atas harga budak itu.

"Siapa namanya?" tanya Malik, yang sampai detik itu masih belum mengetahui namanya.

"Maimun."

Malik menggandeng tangan budak itu untuk diajak ke rumahnya.

Sambil berjalan, Maimun bertanya, 'Tuanku, mengapa engkau membeliku padahal aku tidak cocok untukmembantu?"

Malik berkata, "Saudaraku tercinta, kami membelimu agar kami bisa membantumu."

"Kok begitu?" tanya Maimun.

"Bukankah kamu yang semalamberdoa di masjid itu?" kata Malik.

"Jadi kalian sudah tahu saya?" Maimun kembali bertanya.

"Ya, akulah yang memprotes doamu semalam," kata Malik.

Budak itu meminta untuk diantar ke masjid.

Setelah sampai ke pintu masjid, dia membersihkan kakinya dan masuk. Langsung shalat dua rakaat.

Malik bin Dinar hanya bisa diam sambil mengamatinya dan ingin tahu apa yang ia
 akan lakukan.



Silakan Klik:

Selesai shalat, orang itu mengangkat tangannya, berdoa, seperti yang dilakukannya malam itu. Namun kali itu dengan doa yang berbeda, "Tuhanku, rahasia antara aku dan Engkau telah Engkau buka di hadapan makhluk-makhluk-Mu. Engkau telah membeberkan semuanya. Maka bagaimana akunyaman hidup di dunia ini sekarang. Karena kini telah ada yang ketigayang menghalangi antara aku dan diri-Mu. Aku bersumpah agar Engkau mencabut nyawaku sekarang juga."

Tangan ia turunkan, kemudian ia sujud.

Malik mendekatinya. Menunggu dia bangun dari sujudnya. Tetapi lama dinanti tak juga bangun. Malik lalu menggerak-gerakkan badan budak itu, dan ternyata ia sudah tidak bernyawa lagi. Innalillahi....

Meski seorang budak berkulit hitam dan miskin, Maimun mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi Allah SWT, karena kecintaannya yang besar kepada-Nya. Untuk "bertemu" dengan-Nya, ia gunakan waktu-waktu malam. Waktu yang sangat istimewa, karena Allah SWT "turun" ke langit dunia untuk mendengarkan munajat hamba-hamba-Nya, dan mengabulkannya.

Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar