Saat mendengar kabar aplikasi facebook akan diblokir, kami berpikir bagaimana caranya menyelamatkan berbagai tulisan dan coretan. Sejak kami menggunakan tablet, semua ide dan buah pikir memang ditulis secara langsung. Karena memang simpel dan praktis. Dimana saja, kapan saja bisa langsung menulis. Ada pemandangan apa, jadi tulisan. Ada berita apa, jadi narasi. Tidak salinan di memo atau word. Beberapa laman memang berbaik hati memuat tulisan dan coretan kami, tapi lebih banyak lagi yang tercecer dan berserakan didunia maya.
Tiba - tiba kami ingat dengan penyesalan Ibnul Jauzi. Didalam muqadimah kitab Saidul Khatir, Ibnul Jauzi menuliskan rasa penyesalannya yang sangat mendalam, karena waktu muda tidak begitu suka menulis. Akibatnya, banyak lintasan pemikiran yang hilang begitu saja. Saat sudah tua, beliau tidak sanggup mengingat - ingat semua lintasan pemikiran yang belum sempat dituliskannya dalam buku. Apa jadinya jika ulama besar sekelas Ibnul Jauzi memiliki hobi menulis sejak muda. Padahal dari kitab Talbis Iblis dan Saidul Khatir saja, kita sungguh mampu merasakan kapasitas keilmuannya yang sangat mumpuni.
Dunia Islam penuh dengan warisan turats dari para ulama
Seumpana aplikasi facebook benar - benar akan ditutup, kita perlu berfikir bagaimana menyelamatkan berbagai tulisan dan coretan kita. Itulah warisan kita kepada generasi yang akan datang. Dari segi kualitas, tentu coretan kita tidak ada apa - apanya bila dibandingkan dengan para ulama pendahulu kita. Meski begitu, coretan kita sungguh menjadi saksi sejarah atas situasi dan kondisi zaman yang kita lalui. Kita semua adalah saksi - saksi sejarah. Agar kelak generasi penerus kita tidak menjadi orang - orang yang ahistoris dan memulai proses perjuangan dari titik nol. Wallahu a'lam.
Posting Komentar