Selasa, 13 Juni 2017

Home » » Konflik Negara Teluk Versus Qatar, Siapa Untung?

Konflik Negara Teluk Versus Qatar, Siapa Untung?

By: Tengku Zulkifli Usman
(Analis Politik Dunia Islam & Internasional)
1. Pasca Isolasi Qatar oleh negara teluk, mungkin pertanyaan yang muncul adalah, kenapa arab saudi menjadi bagian dari aksi isolasi ini? Padahal Saudi dan Qatar adalah sama sama negara sunni tulen yang jauh dari pengaruh Syiah Iran

2. Kenapa Saudi begitu ngotot head to head dengan Qatar yang secara jelas adalah "saudara" nya sendiri? Jawaban pertanyaan terdebut tidak lain dan tidak bukan adalah karena Saudi menganut sistem monarki yang sangat kaku dan ketat, Saudi satu satunya negara kuat di timur tengah yang masih menerapkan sistem monarki menyeluruh serta absolut

3. Sedangkan kekuatan teluk lain seperti Mesir, Iran, dan Turki, sudah tidak lagi menerapkan sistem yang sama dengan saudi, Turki, Iran, dan Mesir sudah menerapkan sisten demokrasi dan sudah berulang kali melakukan pemilihan umum, Mesir, Iran, dan Turki bisa dikatakan berhasil menjadi negara kuat dengan sistem demokrasi, terlepas plus dan minus nya

4. Kepentingan yang paling besar bagi Saudi dalam aksi isolasi Qatar ini adalah membendung paham "partai" isme dan demokrasi di timur tengah, yang salah satu kekuatan demokrasi itu adalah Ikhwanul Muslimin, Saudi khawatir paham "demokrasi" ikhwan akan menyebar ke seluruh kawasan dan itu adalah ancaman langsung bagi kerajaan saudi

5. Saudi melarang Ikhwan di Riyadh dan seluruh Saudi, bukan karena saudi tidak sepaham dengan pemahaman islam nya Ikhwan, tapi lebih kepada ketakutan jika saudi bisa berubah haluan ke arah demokrasi, dalam hal ini, barat dan aliaansinya mengambil untung untuk terus membenturkan saudi vs ikhwan dalam jangka waktu panjang

6. Arab spring yang berhasil menumbangkan Presiden Tunisia pro barat, Ben Ali, Pemimpin Yaman Ali Abdullah Saleh, pemimpin Mesir Husni Mubarok, Pemimpin Libya Muammar Qaddafi, ingin kembali dibajak oleh barat dan negara arab pro kerajaan dan ingin dikembalikan lagi ke rel dasarnya yaitu dikatatorisme yang merupakan mayoritas budaya Politik kawasan teluk, dan mereka yang paling besar punya kepentingan untuk itu adalah saudi dan dubai, makanya jangan heran, saudi dan dubai adalah penyokong kuat kudeta terhadap Muhammad Mursi, dan dubai melanjutkan misinya menyokong kudeta Turki dua kali (2013 & 2016)

7. Kembali ke saudi, saudi bukan hanya anti terhadap ikhwan, tapi saudi anti kepada semua gerakan apapun yang bisa mengancam kekuasaan kerajaannya, tidak kecuali Iran, makanya saudi sangat tegas terhadap pergerakan syiah, makanya Ulama besar syiah iran yang dieksekusi oleh saudi tahun lalu Syeikh Bakr Nimr An Nimr adalah dai syiah yang berpotensi merongrong kekuasaan kerajaan saudi, karena ulama iran tersebut adalah ulama Politik binaan Iran

8. Itulah mengapa, koalisi saudi menyerang syiah hauthi di yaman, karena mantan presiden yaman ali abdullah saleh yang terguling adalah tokoh binaan iran yang berhasil berkuasa di yaman selama 31 tahun, bisa dikatakan, tanpa saudi, pemerintahan  Abdul Rabo mansur hadi yang berhaluan sunni saat ini tidak bisa berdiri dengan tegak, jadi sangat wajar, yaman sekarang yang menjadi sekutu saudi ikut dalam gerbong isolasi Qatar bersama negara teluk lain,

9. Saudi tidak selamanya bergerak atas nama islam saja, tapi kadang lebih dominan mempertahankan misi kerajaan dan misi menjaga eksistensi monarki absolut nya rezim Riyadh, saudi jauh lebih banyak berpikir bagaimana kekuasaan kerajaan bisa berumur panjang, karena musuh Islam di timur tengah cukup kompleks dan tidak boleh lemah sama sekali, kondisi Politik kawasan teluk itu non toleransi, persis seperti apa yang digambarkan oleh Menlu Israel Avigdor Lieberman "There Is no Second Chance for the weaknesses in the middle east" gak ada kesempatan kedua bagi yang lemah

10. Kesalahan terbesar saudi adalah memusuhi Organisasi Islam terkuat di dunia saat ini Ikhwanul Muslimin, padahal mengenyampingkan Ikhwanul Muslimin dalam peta Politik timur tengah sama dengan mengenyampingkan kekuatan Iran dan Turki, seharusnya saudi menjadikan Ikhwanul Muslimin sebagai partner yang saling menguntungkan untuk membendung syiah dan zionis, karena syiah dan zionis sendiri paling takut berhadapan dengan Ikhwanul Muslimin, baik sayap Politik nya maupun sayap militer nya

11. Dengan memanasnya hubungan Saudi dengan Qatar, otomatis Syiah dan Zionis mengambil banyak keuntungan jangka menengah dan panjang, Zionis pura pura berdiri bersama saudi mengembargo Qatar, sedangkan Iran berdiri bersama Qatar dalam misi simbiosis mutualis dan realistis, nah, pada titik inilah, Turki mengambil keuntungan lain sebagai kekuatan moderat penyeimbang dunia barat dan timur tengah, Turki lebih berperan sebagai kekuatan baru untuk menunjukkan dirinya adalah pemain penting di kawasan tersebut dalam jangka panjang, dengan adanya momentum isolasi Qatar ini

12. Itulah uniknya Iran dan Turki, meskipun ideologinya beda jauh, namun Turki dan Iran adalah negara yang matang dan bergerak lebih rasional ketimbang Mesir, dan Saudi, dalam isu isolasi Qatar ini, oleh sebab itu, Iran dan Turki diprediksi bisa berdiri lebih lama dan lebih kuat dimasa yang akan datang, kekuatan Iran dan Turki jika digabung, maka hampir gak ada kekuatan di teluk yang bisa mengimbanginya jika gak minta bantuan Barat, Iran dan Turki hari ini hanya bisa dibendung oleh Pakistan saja dalam kalangan negara islam, termasuk Indonesia sekalipun tidak mampu melawan Koalisi Iran dan Turki jika mereka satu suara dalam konflik teluk - Qatar

13. Jika kita melihat potensi perang dalam krisis diplomasi teluk - Qatar ini bisa dikatakan hampir mustahil, embargo ini hanya akan terbatas pada ekonomi, diplomasi, dan Politik semata, sedangkan tindakan militer dinilai sangat berbahaya bagi Saudi dan Mesir sendiri, karena jelas Iran dan Turki berdiri bersama Qatar hari ini, jika Saudi, Mesir, dan Dubai berani menyerang Qatar dengan satu peluru saja, maka ketiga negara tersebut akan babak belur diserang oleh Turki, Iran, Qatar plus gabungan kekuatan Ikhwanul Muslimin aliansi timur tengah, maka saya berpendapat, eskalasi ini tidak akan sampai ke arah militer, kecuali dengan bantuan Amerika dan Israel, jika itu terjadi maka sama dengan perang dunia III, jadi perang adalah mustahil dalam kasus teluk - Qatar ini.

14. Dalam jangka pendek, yang paling diuntungkan dalam kasus isolasi Qatar ini adalah Zionis dan Amerika, dalam jangka menengah adalah Dubai dan Mesir, sedangkan dalam jangka panjang adalah Iran dan Turki, saya melihat justru saudi sangat tidak diuntungkan dalam masalah ini, Saudi justru masuk dalam perangkap adu domba antar negara sunni yang justru mengungtungkan Zionis dan Syiah Iran

15. Kalau alasan Saudi mengisolasi Qatar hanya karena ingin mengamputasi Ikhwanul Muslimin, Hamas dst, maka sebuah kesalahan besar jika Saudi harus bermusuhan dengan Qatar yang terkenal sebagai negara yang memiliki banyak teman di kawasan, sedangkan Dubai yang menjadi sekutu saudi saat ini adalah negara yang terkenal oportunis dan suka berkhianat, melepas teman setia dan gantinya adalah teman pengkhianat adalah kerugian besar bagi Saudi

16. Semoga ini pelajaran berharga bagi saudi, agar jangan mau lagi diadu domba dan masuk perangkap musuh, yang justru merusak Saudi dari dalam dan luar dalam jangka panjang, agar saudi lebih arif lagi menjadi negara sunni yang  selama ini sudah memiliki wibawa di kawasan teluk, agar hal ini bisa dipertahankan dengan lebih ramah kepada islam sunni diseluruh kawasan, karena nafas Saudi tergantung kebaikan aliansi sunni dikawasan, mereka lah yang lebih jujur dan terbukti setia dalam bersahabat.

Wallahu alam


Sebelumnya: 


Silakan klik:
                                                         Lengkapi Kebutuhan Anda
Share this article :

Posting Komentar