Jumat, 06 Mei 2016

Home » » Lima Solusi PKS Entaskan Masalah Pendidikan Nasional

Lima Solusi PKS Entaskan Masalah Pendidikan Nasional

Melihat fakta dan realita Pendidikan Nasional kini, Fahmi mendorong pemerintah segera mengambil langkah taktis


  

Mafaza
-Online |
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati tiap 2 Mei selalu mengingatkan bangsa Indonesia jika membangun pendidikan nasional adalah amanat konstitusi.

Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPP PKS Fahmi Alaydroes menegaskan Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 jelas mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan  sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Fahmi melanjutkan saat ini pendidikan nasional yang formal terwujud dan bentuk sekolah. Sekolah di Indonesia, papar Fahmi, saat ini terdiri dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru.

"Sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia di belakang China, India dan Amerika Serikat," kata Fahmi di Gedung DPP PKS Jln TB Simatupang, Jakarta, Senin (2/5/2016).

Hanya saja, Fahmi mencatat, sampai kini sistem pendidikan nasional belum menemukan bentuknya yang efektif. Masih banyak masalah dan kekurangan.

Ia merinci kurikulum Pendidikan Nasional belum mewujud dengan baik, masih rumit dan ruwet.

Sampai kini, Kurikulum Pendidikan Nasional masih belum jelas dan ajeg. Padahal, ujarnya, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. "Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan," tegas Fahmi.

Selanjutnya faktor guru  yang paling menentukan dalam hal baik atau tidaknya proses pendidikan, juga sarat masalah. Rata-rata kemampuan guru masih buruk. Hasil Uji Kompetensi Guru tahun 2015 menunjuk angka rata-rata 5,5. "Bagaimana mereka dapat mengajar dengan baik, kalau kompetensinya selemah itu?" ujar dia.

Kurikulum yang masih belum jelas dan kemampuam guru yang lemah tentu saja akan melahirkan wajah buram potret pendidikan nasional. Fahmi mencontohkan saat ini peringkat kemampuan sains, matematika dan membaca anak-anak Indonesia berada pada peringkat 10 terburuk di antara 76 negara di dunia. "Sebagaimana yang diukur oleh Organizational of Economic Country Development," ujar dia.
"Sampai kini sistem pendidikan nasional belum menemukan bentuknya yang efektif"
 
Melihat fakta dan realita Pendidikan Nasional kini, Fahmi mendorong pemerintah segera mengambil langkah taktis.

Pertama, merumuskan dan mendeklarasikan visi pembangunan Pendidikan Nasional yang berkelanjutan, setidaknya sampai 20 tahun ke depan. "Catatannya harus melibatkan semua stakeholders, dan menjadikannya visi bersama," ungkap Fahmi memberi solusi.

Kedua, menjadikan guru sebagai pilar utama peningkatan mutu pendidikan nasional. Caranya, memastikan ketersediaaan dan kebersediaan tenaga pendidik handal dan berintegritas. "Yang paling penting menjamin kehidupan dan kesejahteraan mereka," ungkap Fahmy.

Ketiga, membangun kurikulum berjangka panjang dan berkelanjutan berlandaskan filsafat pembangun manusia Indonesia berdasarkan Agama, Pancasila, UUD 1945 sehingga terhindar dari kebijakan yang sporadis dan politis.

Keempat menghidupkan, mendukung dan  memfasilitasi terbentuknya komunitas dan gerakan pendidikan di tengah masyarakat. Menjadikan mereka sebagai mitra pemerintah dalam usaha memajukan sistem pendidikan nasional.

"Terakhir mengendalikan dan melakukan pembinaan kepada seluruh media dan siaran televisi untuk mendukung terwujudnya sistem pendidikan nasional," ujar Fahmi.

Meski masih menyisakan masalah, Fahmi meminta seluruh elemen masyarakat bahu membahu mewujudkan gerakan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. "Dan akhirnya selamat Hari Pendidikan Nasional mari mendidik bangsa untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan berdaulat," tukas dia.

Klik Juga:
Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar